Taubat nasuha bukanlah taubat biasa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar taubat dapat diterima Allah Swt:
Penyesalan adalah fondasi pertama taubat nasuha. Seseorang harus merasa sedih dan menyesal dengan sungguh-sungguh atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Menyesal itu adalah taubat."
Tidak cukup hanya menyesal dalam hati. Seseorang harus menghentikan perbuatan dosa secara total dan menjauh dari segala hal yang membawa kepada dosa tersebut. Berhenti dilakukan hingga taubat benar-benar terwujud dan ada komitmen nyata untuk tidak mendekatkan diri kepada dosa.
Janji untuk tidak mengulangi dosa harus bersumber dari hati yang tulus, bukan sekadar ucapan bibir. Ini merupakan pengikat hati dengan tekad yang kuat bahwa tidak akan pernah kembali kepada perbuatan dosa yang sama atau serupa.
Setelah menyesal dan berhenti dari dosa, seseorang harus memohon ampunan kepada Allah dengan istighfar yang banyak dan sungguh-sungguh. Istighfar adalah ungkapan pengakuan dosa dan permohonan maaf kepada Allah.
Apabila dosa atau kesalahan yang dilakukan berkaitan dengan hak orang lain (seperti mencuri, menggunjing, atau menyakiti), maka sebagai bagian dari taubat nasuha, seseorang harus mengembalikan, mengganti, atau meminta maaf kepada orang yang dirugikan tersebut.
Shalat taubat adalah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai wujud nyata dari taubat nasuha. Berikut adalah tata cara melaksanakannya:
Shalat Taubat dilakukan dengan syarat berikut: