Ketua Eksekutif Lembaga Hukum LDA Keraton Solo, Kanjeng Pangeran Eddy Wirabhumi, mengatakan tidak mempermasalahkan ada pihak lain yang juga menggelar malam selikuran. Pasalnya, semakin banyak yang merayakan akan semakin baik.
“Bagi kami (LDA) tidak masalah ada yang juga menggelar malam selikuran. Siapa pun boleh melakukan upacara adat. Semakin banyak yang menggelar semakin bagus,"papar KP Wirabumi pada Okezone, Sabtu (25/5/2019).
Menurut KP Wirabumi, waktu penyelenggaraan kirab malam selikuran yang diyakini malam Lailatul Qadar ini memang waktu penyelenggaraannya dibuat berbeda agar tidak terjadi singgungan dilapangan.
Sedangkan perlengkapan yang dibawa, antara lain 1.000 tumpeng yang diletakkan ancak cantaka diarak bersama ratusan lampu ting serta diiringi peserta kirab yang terdiri dari 9 satuan keprajuritan. Seribu tumpeng dan lampu ting dalam menyambut malam Lailatul Qodar, menjadi simbol berkah dan terang bagi semua orang.
Terpisah, Pangageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo mengatakan dipilihnya masjid Agung ini dikarenakan Kebon Raja atau taman Sriwedari tengah sedang masa pembangunan masjid Agung.
Sehingga, alternatif lain pengganti lokasi biasa dipakai adalah masjid Agung yang masih didalam lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta. "Sriwedari atau di Masjid Agung tidak masalah," kata Dipokusumo.
Agar tak terjadi gesekan di antara dua kubu, prosesi kirab malam selikuran mendapatkan penjagaan ketat dari aparat Kepolisian Polres Solo. Setibanya di masjid Agung, usai didoakan oleh pemuka agama, tumpeng Sewu itupun dibagikan pada masyarakat yang sudah menunggu.
(Muhammad Saifullah )