Namun, karena petugas yang sudah kenyang pengalaman, apalagi menghadapi jamaah asal Madura, la senyum dan tetap ramah.
"Ndak apa-apa, Pak. Nanti diganti lagi, ini hanya sekadar memastikan supaya Bapak nanti dapat pelayanan yang baik Ini dirobek supaya Bapak nanti selama di pesawat dan di Tanah Suci dilayani dengan baik. O, begitu toh. Bilang kek dari tadi. Ya sudah, terima kasih ya, sakalangkong.
Dengan mantap, Musahri masuk pesawat dengan gagahnya, seakan-akan dunia ini sudah menjadi miliknya. Semua orang melayani saya, melayani Musahri, yang sebentar lagi akan menjadi Haji Musahri Abdul Ghani, nama yang sudah lama saya idam-idamkan," batin Mushari sambil berjalan menuju pintu masuk pesawat.
Bukankah haji berarti ganti songkok dan ganti nama? Setidaknya bagi orang Madura? Wallahu a'lam.
Dikutip dari buku Orang Madura Naik Haji, Mati Ketawa ala Orang-Orang Madura karya Abdul Mukti Thabrani.
(Muhammad Saifullah )