Ramadhan merupakan madrasah kehidupan. Di dalamnya ada banyak sajian mata pelajaran keutamaan. Penuntun bersikap, berpikir, beramal dan jalan spiritual menuju Tuhan. Ibadah ekslusif, karena langsung berkaitan dengan Allah Yang Maha Rahman. Ujiannya pun begitu banyak, sebanyak keagungan madrasah Ramadhan.
Dalam kondisi prihatin seperti saat ini, di mana corona sedang mewabah dan meluluhlantakan sendi kehidupan, mata pelajaran ibadah ramadhan dapat menjadi kekuatan. Mata pelajaran itu antara lain ikhlas, jujur, sabar, tawakal, syukur dan saling tolong menolong (ta’awun).
Ramadhan mengajarkan ikhlas karena ibadah shaum tidak diketahui oleh orang lain. Apakah shaum atau pura-pura, hanya kita dan Allah Yang Maha Tahu yang tahu. Dalam ikhlasnya shaum membutuhkan kejujuran. Memberi oleh tangan kanan, tak diketahui tangan kiri. Jujur artinya hati nurani sebagai penuntun diri. Jujur pada diri sendiri, sehingga tak ada yang dibohongi.
Ihlas dan jujur merupakan dua sikap yang langka di negeri ini. Ketika banyak di antara kita, khususnya pejabat publik yang lebih suka pencitraan dan kongkalingkong. Pada saat kondisi memprihatinkan dan butuh langkah cepat bantuan kemanusiaan, masih saja terjadi rebutan panggung pencitraan. Padahal di setiap jeritan umat, ada tumpukan tagihan dosa di hari pembalasan.
Shaum mengajarkan sikap sabar dan tawakal. Sabar untuk menjalani letih dan lapar dari imsak hingga waktu berbuka tiba. Sabar pada saat berbuka shaum, agar tidak buru-buru makan, atau nanti akan cepat kekenyangan. Akhirnya bukannya mengisi malam shaum dengan ibadah, yang ada kita pulas ketiduran.