SEBELUM wafat, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam wafat sempat memberikan beberapa wasiat yang ditujukan kepada seluruh umatnya. Salah satunya ketika ia tengah berada di Ghadir Khum, antara Makkah dan Madinah.
Dikutip dari buku ‘Wasiat Nabi di Ghadir Khum’ karya Ustadz Fariq GasimAnuz, jarak ke Ghadir Khum dari Makkah sekitar 159 kilometer dan dari Madinah sekitar 196 Km. Tempat tersebut sekarang diberi nama Al-Ghurabah, jaraknya dari Juhfah sekitar 6,5 Km dan dari Rabigh sekitar 18 Km Jalan menuju Ghadir.
Nabi shalallahu alaihi wassalam pernah singgah di sana bersama sekitar 70 ribu sahabat, yakni pada 18 Dzulhijjah 10 Hijriyah (16 Maret 632 Masehi) dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah selesai menunaikan haji wada’.
Baca juga: Kisah Umar bin Khattab, Raja Tanpa Istana
Nabi bersama para sahabat berangkat dari Makkah pada Rabu, 14 Dzulhijjah. Hari itu merupakan perpisahan Nabi dengan kota Makkah, dengan Kakbah dan dengan Masjidil Haram. Perjalanan dari Makkah ke Ghadir Khum di tempuh sekitar empat hari dengan beberapa kali berhenti untuk istirahat.
Di Ghadir Khum ini Nabi shalallahu alaihi wassalam berkhutbah, memberi wasiat dan secara khusus memuji sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kemudian Nabi memilih waktu yang sangat tepat untuk berkhutbah setelah shalat Zhuhur, yaitu setelah para sahabat cukup istirahat.
Nabi shalallahu alaihi wassalam memilih waktu yang sangat tepat untuk berkhutbah, yaitu setelah Sholat Zuhur setelah para Sahabat cukup istirahat.
Setelah para sahabat istirahat cukup, kemudian Nabi memulai khutbahnya yang sekaligus menjadi wasiatnya sebelum ia wafat.
Kemudian Nabi shalallahu alaihi wassalam memulai khutbahnya dengan menyebut bahwa telah dekat ajal beliau, mengisyaratkan bahwa khutbahnya merupakan khutbah perpisahan dan isinya penting untuk diketahui, sehingga para sahabat sangat perhatian dan ingin tahu apa wasiat yang akan beliau sampaikan.
Berikut ini khutbah dan wasiat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam di Ghadir Khum yang dikisahkan oleh Zaid bin Arqam. Nabi bersabda:
"Amma ba’du, ketahuilah wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah manusia, sudah dekat masanya utusan Tuhanku (malaikat maut) akan datang (menjemputku) dan aku akan menerimanya. Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang sangat berharga, yang pertama adalah kitabullah (Alquran), di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, ambillah (isi) kitabullah dan pegang teguhlah. Yang kedua, aku tinggalkan kepada kalian Ahlu Baitku. Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak menzalimi) Ahlu Baitku! Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak menzalimi) Ahlu Baitku! Aku ingatkan kalian (agar bertakwa) kepada Allah dengan (memuliakan dan tidak menzalimi) Ahlu Baitku!" (HR. Muslim).
Setelah selesai khutbah singkat, lalu Nabi bertanya,“Bukankah aku lebih utama bagi kaum mukminin melebihi diri mereka sendiri?” Pertanyaan ini membuat para Sahabat lebih memperhatikannya (Nabi) lagi, dan penasaran untuk mendengar apa yang akan disampaikannya setelah itu.