Kemudian Rasulullah pun mendengar rencana orang-orang Yahudi itu yang akan menyerangnya bersama kaum Quraisy, dan seketika Rasul pun membuat beberapa strategi, di antaranya:
1. Melakukan musyawarah dengan para sahabatnya.
2. Menggali parit untuk memisahkan antara kaum muslimin dengan musuh. Rasulullah pun pernah berdoa,
اللّهُمَّ لَوْلَا أنت مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا تَصَدّقْنَا وَلَا صَلّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا وَثَبّتْ الْأَقْدَامَ إنْ لَاقَيْنَا
إنّا الألى قد بَغَوْا عَلَيْنَا وَإِنْ أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا
Artinya: "Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan sholat. Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya."
Melansir laman resmi Pesantren Al Manhaj disebutkan dari pertempuran tersebut diambil hikmah, bahwa ketauladanan Rasulullah sebagi pemimpin umat Islam patut dicontoh.
Misalnya Rasul meminta para sahabat dan muslim untuk menggali parit, walau harus menahan haus dan lapar. Hal tersebut demi kebaikan bersama, serta terhindar dari serangan musuh.
Kemudian, Rasulullah memberikan contoh dalam menghadapi suatu perkara atau masalah dapat ditempuh dengan cara bermusyawarah.
(Vitrianda Hilba Siregar)