Biografi Imam Malik: Berasal dari Keluarga Periwayat Hadis hingga Mendirikan Mazhab Maliki

Tim Okezone, Jurnalis
Rabu 19 Januari 2022 08:02 WIB
Ilustrasi biografi Imam Malik bin Anas. (Foto: Shutterstock)
Share :

Pada masa awal Islam, ilmu hanya didapat dengan cara mendengar. Ilmu-ilmu tersebut belum banyak yang ditulis dalam satu buku. Pada akhir masa Dinasti Umayyah, beberapa ulama terdorong menuliskan ilmu di tengah kecamuk yang berlangsung. Masa dinasti Abbasiyah, fenomena kodifikasi keilmuan ini semakin semarak, khususnya di bidang hadis. Para ulama mempelajari hadis secara sistematis dan dari sudut pandang fiqih sehingga ilmu fiqih dan lainnya semakin luas (Suwaidan, 2012: 21).

Di masa itu, para ulama mulai menuliskan hadis dan masalah-masalah fikih. Ulama fikih Hijaz (Madinah) menghimpun fatwa-fatwa Abdullah bin Umar, Aisyah, Ibnu Abbas, dan pembesar tabi’in yang menetap di Madinah. Sementara ulama fikih Irak menghimpun fatwa-fatwa Abdullah bin Mas’ud, hukum-hukum hasil putusan peradilan, fatwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, putusan-putusan hukum syariah dan hakim-hakim kufah lainnya.

Baca juga: Bacaan Zikir Pagi Hari Ini, Rabu 19 Januari 2022M/16 Jumadil Akhir 1443H 

Di masa Imam Malik hidup tumbuh subur segala macam aliran dan pemikiran tentang kalam dan filsafat. Sebagian aliran dan pemikiran yang berkembang meresahkan masyarakat awam. Mereka mengusung pendapat dan menyebarkan pemikiran yang kontroversial. Ada pula kelompok zindiq yang menyimpang dari kemurnian Islam. Sang Imam tahu betul rentetan peristiwa masa itu dan dampak negatif bagi umat Islam. Karena itu, ia tidak membolehkan seorang pun mendiskusikan masalah akidah di majelisnya atau di hadapannya.

Di tengah kecamuk perpecahan umat Islam, Imam Malik memilih "berdiam". Maksudnya, ia tidak mau ikut serta dalam mendukung salah satu pihak dengan mengeluarkan fatwa sebagai legitimasi salah satu kelompok tersebut. Bagi Imam Malik, fatwa adalah agama. Maka itu, ia tidak mau berfatwa dengan satu hal yang bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wa ta'ala.

Baca juga: Alquran Surat Al Qasas Ayat 1-88 Lengkap Tulisan Arab, Latin, hingga Artinya 

Imam Malik sangat menjaga persatuan dan ketenteraman umat. Pada masa tersebut sering diadakan perdebatan dan dialog keilmuan. Para ulama saling bertemu untuk berdebat dan berdialog. Debat fikih menjadi semarak pada musim haji.

Imam Abu Hanifah, misalnya, selalu berdialog tentang masalah fikih dengan Imam Malik. Alhasil, fikih menjadi lebih subur dan lebih produktif dibanding ilmu lainnya. Imam Malik lebih memilih menghindari perdebatan ilmiah yang terselip motif saling mengalahkan dan menyalahkan salah satu pihak. Ia menganggap debat agama jika tidak mencari kebenaran dan kemaslahatan bersama tidak mendatangkan manfaat apa-apa, bahkan justru bisa merusak agama dan kejernihan hati.

Wallahu a'lam bishawab.

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya