INILAH penjelasan Ustadz Muhammad Faizar mengenai Kota Saranjana yang disebut-sebut berisi alam jin hingga kerajaan ghaib. Sebagaimana kabar yang beredar luas, Kota Saranjana dikatakan terletak di Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Terkait Kota Saranjana, Ustadz Faizar menjelaskan bahwa alam jin bukanlah alam yang kosong. Melainkan, alam yang benar-benar penuh dengan fasilitas seperti alam manusia.
Ia mengatakan, tentunya bangsa jin juga melakukan makan sama halnya dengan manusia. Namun, makanan jin Muslim dan jin kafir berbeda. Sebab, jin Muslim memiliki batasan dan adab dalam makan, seperti makanan yang diperuntukkan untuk manusia dan yang bukan.
Dalam ajaran Islam diterangkan makanan jin Muslim ada dua yakni tulang hewan yang disembelih atas nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kotoran-kotoran hewan yang telah mengering.
"Mereka punya daging yang mereka makan melalui tulang yang sudah kering kerontang. Jika dipandang kita, tulang itu tidak ada apa-apanya. Namun jika jatuh di tangan jin Muslim, tulang itu penuh dengan daging segar untuk dimakan," ucap Ustadz Faizar dalam tayangan di kanal YouTube IAS TV.
Sementara jin kafir, liberal, dan ateis ikut makan dengan manusia yang tidak membaca Bismillah. Tidak ada batasan mereka dalam makan. Kadang mereka makan di warung, toko, restoran bersama manusia.
Kotoran hewan yang mengering tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya rumput segar sebagai makanan hewan ternak bangsa jin.
"Ibnu Salam menjelaskan setiap kotoran hewan yang sudah mengering akan kembali menjadi rumput-rumputan hijau dan segar untuk makan dabbah," ujar Ustadz Faizar.
Secara umum, dabbah adalah hewan melata atau makhluk yang bisa makan, minum, dan kawin. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa jin juga memelihara hewan sebagaimana manusia.
"Makanya tidak heran bapak/ibu yang dirahmati Allah, ketika ada pertunjukan kesenian-kesenian tari tradisional saat disambat jinnya masuk ke dalam tubuh mediator. Tubuh penari tiba-tiba ada yang kayak monyet, kelinci, ayam, harimau, dan juga ular. Pandai sekali memanjat pohon layaknya kera. Mungkin kerasukan dari bangsa jin," jelasnya.
Ustadz Faizar menerangkan, jin Muslim tidak pernah menampakkan wujud-wujud familier di mata manusia. Wujud dan jejak mereka abstrak.
"Kepercayaan orang-orang kejawen, katanya, di antara alam mereka yang paling dekat dengan kita adalah alam perkayangan. Alam perkayangan itu alam yang dekat dan memang fasilitasnya hampir sama kayak manusia," beber Ustadz Faizar.
Terkadang seseorang yang memiliki kemampuan melihat jin menyebrangi alam tersebut. Di alam jin, mereka melihat banyak sekali fasilitas sebagaimana alam manusia seperti sekolah, mal, gedung-gedung, rumah, hingga kendaraan.
Namun, apakah hal tersebut benar? Ustadz Faizar menyatakan wallahu’alam, manusia tidak punya urusan untuk mengetahui hal tersebut.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)