MAKKAH – Cuaca panas yang cukup ekstrem saat ini melanda sebagian besar wilayah di Arab Saudi saat musim haji 1445 Hijriah/2024.
PPIH Arab Saudi pun mengimbau jamaah haji Indonesia ketika ke Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau berpergian ke luar hotel memakai alat pelindung diri berupa payung atau topi lebar untuk menghindari sengatan langsung matahari.
“Apakah para tamu Allah cemas setelah tahu suhu di dua Tanah Suci--Madinah dan Makkah, berada di atas rata-rata suhu Tanah Air? Apakah mereka was-was akan akibat sengatan langsung matahari tanah Arab yang bisa membuat kulit meranggas dan melepuh?,” tulis Ishaq Zubaedi Raqib, dari Media Center Haji (MCH) 2024, Minggu (26/5/2024).
“Tidak! Mereka tidak mencemaskan rasa khawatir, rasa masygul, dan rasa was-was. Yang mereka cemaskan adalah rasa cemas berlebihan karena cemas tidak dapat berasyik-masyuk dengan Sang Tuan Rumah. Cemas berlebih sering membuat kita jatuh pada rasa takut dan putus asa. Kenapa? Sebab kita cuma sebutir zarah di antara jutaan tamu Sang Raja Diraja. Ingin rasanya berlari kepada-Nya. "Fafirru Ilallah--Maka larilah kalian kepada Allah." Firman itu menderung,” ulasnya.
Edi -- panggilan akrabnya—mengatakan, para jamaah haji datang ke Tanah Haram dengan hati yang telah diharamkan bertahta sifat buruk di dalamnya.
Hati yang tiba di Tanah Suci, adalah hati yang bertatahkan kalimat-kalimat suci dari firman suci, sabda suci dan munajat suci para kekasih Tuhan. Sejak janji-janji suci diucapkan dalam alam "alastu"-- alastu birabbikum (Bukankah Aku ini Tuhan kalian? QS. Al A'raf:62). Lalu kita menjawab, "Balaa Syahidnaa--Benar (Engkau Tuhan kami). Kami bersaksi."
Edi pun mengutip firman Tuhan yang menyebut Alquran sebagai penawar untuk segala jenis penyakit.
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحۡسَنَ الۡحَدِيۡثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِىَ ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُوۡدُ الَّذِيۡنَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡۚ ثُمَّ تَلِيۡنُ جُلُوۡدُهُمۡ وَقُلُوۡبُهُمۡ اِلٰى ذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ
"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah..." (QS. Az Zumar:23)
“Tidakkah ayat di atas terang-benderang menjelaskan betapa untuk menjaga kesucian ibadah, mengulang-ulang ayat adalah cara yang sublim,”ucapnya.
Terlebih ibadah haji, seperti disampaikan Kiai Muhammad Adnan--juga konsultan ibadah di Daker Makkah.
Para jemaah bisa menjaga diri dalam kesucian, ujar Kiai Adnan, dengan melakukan dua hal; dzikir alias wirid atau istirahat. Sebab, katanya, lidah yang basah karena mendawam wirid ayat-ayat suci, adalah ibadah yang mulia.
Bahwa, kata ayat tadi, hati yang bening dan lembut akan berdampak hingga ke kulit. Kulit menjadi lembab dan halus. Tenang dan tidak meranggas apalagi melepuh.
“Betapa suhu Madinah dan Makkah yang sering di atas 40 derajat celcius, terbukti tidak membuat jamaah jera apalagi bosan. Kulit mereka lembut selembut hati yang terpapar ayat suci dan kalimat thayyibah lainnya. Orang-orang yang rileks dan tenang, kulitnya akan lembut, wajahnya menjadi cerah. Mampu berkompromi dengan serangan rasa cemas dan rasa takut,” urainya.
Sebaliknya, orang yang hatinya tegang, akan berimbas keluar, hingga kulit dan wajahnya menjadi tegang dan berkerut. Ia diperangkap rasa cemas dan takut. Dalam kesehatan modern, masyarakat menyiapkan klinik-klinik relaksasi untuk menurunkan kadar ketegangan lewat pemijatan.
“Tapi Islam bertutur bahwa membaca Al-Qur'an, lebih-lebih di Tanah Haram (mencakup seluruh tanah Makkah), sama dengan melakukan stimulasi berupa resonansi getaran-getaran magnetis pada sistem energi tubuh jamaah haji,” tutup Edi.
(Fahmi Firdaus )