Tentang sikap toleran KH Hasyim Asy’ari, terlihat dalam kisah ketika salah seorang santrinya yang baru datang dari Yogyakarta hendak melaporkan sesuatu. Santri tersebut mengatakan bahwa ia melihat sekelompok aliran yang sesat. KH Hasyim pun bertanya-tanya mengenai aliran sesat tersebut. Santri lantas menjelaskan ciri-ciri aliran yang ditemuinya itu.
Sang santri mengatakan bahwa aliran tersebut tidak melaksanakan pembacaan qunut ketika Subuh dan pimpinannya bergaul dengan organisasi Budi Utomo. Ditanyakanlah oleh KH Hasyim Asy’ari siapa pemimpin dari kelompok tersebut. Santri menjawab bahwa pemimpin tersebut adalah Ahmad Dahlan.
Sontak KH Hasyim Asy’ari pun tersenyum sambil menyahut, “Oh, Kang Darwis, toh?” Setelah mendengarkan penuturan santri tersebut, beliau lantas menceritakan bahwa KH Ahmad Dahlan adalah temannya ketika di Makkah. Beliau juga menjelaskan bahwa aliran yang dimaksud sang santri itu tidaklah sesat. Malah kemudian KH Hasyim Asy’ari berkata, “Ayo padha disokong!” (Ayo, kita dukung sepenuhnya).
Abu Musa meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Kaum mukmin adalah bersaudara satu sama lain. Ibarat dalam suatu bangunan, satu bagian memperkuat bagian lainnya.” Kemudian beliau menyelipkan jari-jari di satu tangan dengan jemari tangan lainnya agar kedua tangannya tergabung. (HR. Bukhori)
Hikmah yang bisa diambil dari cerita di atas adalah sikap KH Hasyim Asy’ari ketika mendengarkan penuturan santrinya terkait aliran sesat. Beliau merespon dengan bijaksana yaitu dengan menanyakannya secara detail terlebih dahulu sebelum memberikan pernyataan.
Beliau tidak langsung memberikan judgement karena memiliki pandangan luas dan pemahaman yang baik selama di Timur Tengah mengenai persoalan perbedaan furu’iyyah yang wajar terjadi.
Bahkan ketika melihat potensi gesekan antara NU dan Muhammadiyah semakin tajam, KH Hasyim Asy’ari mengatakan di hadapan para santrinya, “Kita dan Muhammadiyah itu sama. Kita taqlid qauliy (mengambil pendapat ulama salaf), mereka taqlid manhaji (mengambil metode).”
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata; "Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lainnya. Oleh sebab itu, janganlah menzalimi, meremehkan, dan jangan pula menyakitinya.” (HR. Ahmad)
(Dyah Ratna Meta Novia)