"Dalam kasus Akter, secara hukum dia tak berhak sekolah karena dia seorang pengungsi di Bangladesh. Namun secara moral, dia punya hak sebagai manusia untuk mendapatkan pendidikan," terang Nasir.
Kisah Akter menggambarkan bagaimana kondisi para pengungsi Rohingya yang semakin sulit. Pada November tahun lalu, ketika Al Jazeera bertemu dengannya, dia optimis tentang masa depannya. Dia memancarkan kepercayaan dirinya pada masa depan pengungsi Rohingya. Namun kini ia malah bernasih nahas dikeluarkan dari kampusnya yang jadi tumpuan harapan hidupnya.
Meski demikian, Akter tak menyerah untuk melanjutkan pendidikannya. "Mereka bisa mengambil sertifikat saya, tetapi mereka tidak bisa mengambil pengetahuan saya," ujar Akter.
(Dyah Ratna Meta Novia)