أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلَهًا وَاحِدًا وَرَبًّا شَاهِدًا لَا مَعْبُوْدَ سِوَاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ
Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū ilāhan wāhidan, wa rabban syāhidan, lā ma‘būda siwāhu, wa nahnu lahū muslimūn.
Artinya, “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah yang esa. Tiada sekutu bagi-Nya sebagai Tuhan yang esa dan Tuhan yang menyaksikan. Tiada zat yang (patut) disembah selain-Nya. Kami tunduk kepada-Nya,” (Lihat Perukunan Melayu, [Jakarta, Alaydrus: tanpa catatan tahun], halaman76).
Demikian doa untuk memperlancar perjalanan di atas Jembatan Shiratal Mustaqim, yang ditulis oleh Alhafiz K, sebagaimana dikutip dari akun Instagram resmi Nahdatul Ulama (NU Online), Kamis (10/3/2019).
(Abu Sahma Pane)