Banyak orang yang berpindah keyakinan karena menurutnya agama tersebut dapat membimbing hidupnya ke jalan yang benar. Ini seperti kisah yang dialami Max Klein, seorang pemuda Jerman yang menjadi mualaf.
Klein mengaku tertarik memeluk Islam dan menjadi mualaf usai bertemu dengan para pengungsi yang ditolongnya di sebuah kota kecil di Jerman.
Sebelum bertemu dengan para pengungsi dari Suriah maupun Lebanon, Klein hanyalah pemuda biasa yang suka berpesta, pacaran, dan minum-minuman keras. Ia sangat menikmati pesta dan kesenangan.
Namun di sisi lain, rupanya ada ruang kosong di hati Klein karena ia menyadari bahwa ia adalah anak adopsi. Ia memiliki orangtua angkat yang sangat baik padanya. Ini yang mendorong Klein untuk berbuat baik kepada orang lain yang membutuhkan.
Pada bulan September 2015 Klein pergi membantu pengungsi dari Suriah. Ia membantu membersihkan rumah, menemani para pengungsi ke dokter, dan juga bermain dengan anak-anak mereka.
Pada malam hari, Klein duduk dan minum teh bersama para pengungsi. Ia mendengarkan kisah mereka yang menyedihkan mengenai perang di Suriah. Kisah mereka meninggalkan negaranya dan masih sangat merindukan sanak keluarga yang masih tertinggal di Suriah.
Namun pada suatu hari, ada satu pertanyaan yang dapat mengubah jalan hidup Klein.
"Kamu suka membantu dan melakukan banyak hal baik. Mengapa kamu tidak memiliki Tuhan?" tanya seorang pengungsi perempuan dari Lebanon kepada Klein.
Lalu pertanyaan ini selalu terbayang-bayang dalam benaknya, ia bertanya-tanya terhadap diri sendiri, "Mengapa saya tidak memiliki Tuhan?".
Tapi ia tidak punya jawaban atas pertanyaan itu. Klein sebelumnya memang tidak percaya adanya Tuhan dan tidak merasakan hubungan dengan Tuhan dari agama apapun.
Sejak malam itu, Klein mulai tertarik dengan Islam dan mendengarkan teman-temannya yang pengungsi ketika membicarakan Islam.
Ia mulai mengamati mereka berdoa. Dan ia bertanya lagi pada diri sendiri, "Bagaimana hidup dengan Allah, hidup sebagai seorang muslim."
Lalu suatu pagi di musim semi tahun 2016, ia sadar dan berpikir untuk masuk Islam. Klein mencari tahu mengenai bagaimana caranya menjadi muslim di internet.
Lalu bersiap-siap, ia segera mengambil sepeda dan langsung menuju masjid di kotanya. Ia menemui imam dan memperkenalkan diri serta mengatakan bahwa dirinya ingin memeluk agama Islam. Ketika sudah melafalkan syahadat Klein memiliki nama muslim baru yaitu Yafer yang artinya sang penolong.
Perjalanan Klein menjadi mualaf tidaklah mudah, mulai dari teman-teman yang mulai meninggalkannya hingga ibunya yang tidak menyetujuinya.
Pada saat jadi mualaf ibunya terkejut dan sempat tidak menyetujuinya. Selama dua minggu pertama setelah menjadi mualaf ibunya selalu memasak daging babi tetapi Klein tidak mau memakannya. Ibunya lalu mengatakan, ia tidak sengaja memasak daging babi yang membuatnya kesal. Ia hanya belum bisa menyesuaikan diri dengan Klein yang kini menjadi seorang muslim.
Sebenarnya ibunya sangat khawatir kalau Klein jadi radikal. Namun ternyata dugaan ibunya salah besar. Kini ibunya sudah mengerti dan bersedia menerima Klein sebagai seorang muslim yang baik.
Klein mengaku, setelah menjadi muslim, ia sering salat, pergi ke masjid, belajar bahasa Arab, membaca Alquran. Ia merasa bahagia dan hidupnya lebih stabil.
Ia juga sudah meninggalkan kebiasaannya untuk berpesta. Bahkan ia menjalani kuliahnya dengan lebih baik dan teratur. Gaya hidup seorang muslim sangat membantunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh berkah.
(Dyah Ratna Meta Novia)