“Wahai guru, benar, aku tidak mengetahui apapun kecuali itu. Aku tidak suka berbohong,” ucap Hatim. “Baiklah, sampaikan hal itu agar aku bisa mengetahuinya.”
“Ku lihat manusia.” Hatim mulai bercerita panjang, “Semua dari mereka mempunyai kecintaan terhadap sesuatu, dan berharap di kubur ia akan tetap dengan apa yang ia cintai. Ternyata setelah sampai di kubur, apa yang ia cintai meninggalkannya sendiri. Maka aku jadikan amal kebaikan sebagai sesuatu yang kucintai, agar saat aku dimasukkan ke liang kubur, apa yang kucintai itu mau masuk bersama, tidak meninggalkanku.”
“Engkau benar, Hatim.” Gurunya manggut-manggut. “Lalu apa yang ke-dua?” ucap Syekh Syaqiq al-Balkhy.
“Ku angan-angan suatu firman Allah SWT yang berupa :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ
Artinya: ‘Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,” (Q.S. An-Nazi’at : 40)