“Aku yakin kebenaran firman Allah ini. Maka ku paksa diriku dengan sekuat tenaga agar tidak mengikuti kehendak nafsu. Sehingga ia teguh dalam ketaatan kepada-Nya.”
“Ketiga, kuangan-angan perilaku makhluk, kulihat masing-masing dari mereka memiliki sesuatu yang dijadikannya sebagai harga diri dan martabat, ia menjaga dan mepertahankannya. Lalu kuangan-angan firman Allah :
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ
Artinya : ‘Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (Q.S. An-Nahl : 96)
“Maka saat kudihadapkan kepada suatu hal (kebaikan) yang dirasa mempunya keberhargaan, akan kudedikasikan ia hanya kepada Allah, agar utuh dan kekal terjaga di sisi-Nya.”
“Keempat, kulihat semua manusia menjadikan harta, kedudukan dan nasab sebagai pertimbangan utama (pada banyak hal). Setelah kuangan-angan, sejatinya semua itu tidak mempunyai arti sedikitpun. Lalu kurenungkan pula firman Allah :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (Q.S. Al Hujurat : 13)
“Maka kutingkatkan ketakwaanku hingga bisa kurai kedudukan mulia di sisi-Nya.”