“Kelima, kulihat manusia saling mencela dan mencaci di antara mereka. Penyebabnya adalah sifat hasud. Lalu kurenungkan firman Allah :
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا
‘Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia’. (Q.S. Az-Zukhruf : 32)”
“Kujauhi sifat hasud dan kujauhi makhluk, aku yakin di sisi-Nya lah pembagian yang terbaik, maka tak kugubris permusuhan orang-orang kepadaku.”
“Yang keenam, kulihat makhluk di antara mereka saling berbuat zalim, lalu aku merujuk pada suatu firman-Nya :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
Artinya : ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu).’ (Q.S. Fatir : 6)”
“Maka hanya permusuhan setanlah (yang benar-benar kuanggap sebagai permusuhan). Kumaksimalkan diriku dengan mengambil jarak darinya. Karena Allah bersaksi bahwa setanlah musuh sejatiku. Kuacuhkan permusuhan makhluk kepadakku.”