Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Momentum Merawat Rasa Malu

Momentum Merawat Rasa Malu
A
A
A

Menurut Ali Ahmadil Jurjawi, pemikir Mesir menguraikan puasa adalah sebagian dari sepenting-penting syari (manifestasi religiusitas) dan seangung-agung qurbah (amalan mendekatkan diri kepada Tuhan). Bagaimana tidak, pahala puasa itu adalah rahasia antara seorang hamba dan Tuhannya, yang tidak termasuki oleh sikap pamrih.

Seseorang yang berpuasa menahan dirinya dari syahwatnya dan kesenangannya sebulan penuh, yang dibalik itu ia tidak mengharapkan apa-apa kecuali Wajah Allah Taala. Tidak ada pengawas atas dirinya selain Dia. Maka hamba itu mengetahui bahwa Allah mengawasinya dalam kerahasiaannya (privacy) dan dalam keterbukaanya (publicity).

(Baca Juga : Begini Cara Mendidik Anak di Zaman Modern Menurut Abdul Somad)

Maka ia pun merasa malu kepada Tuhan yang Maha Agung itu untuk melanggar larangan-larangannya, dengan mengakui dosa, kezaliman dan pelarangan-pelarangan yang pernah ia lakukan. Ia merasa malu kepada Allah jika nampak olehnya, bahwa ia mengenakan baju kecurangan, penipuan dan kebohongan. Karena itu ia tidak berpura-pura, tidak mencari muka dan tidak pula bersikap mendua (munafik). Ia tidak menyambunyikan persaksian kebenaran karena takut kekuasaan seoarang pemimpin (pembesar).

Ibadah puasa di siang hari ini erat kaitanya dengan riyadlah (latihan keruhanian), untuk semakin baik dan utama karena akan kuat membekas pada jiwa dan raga orang yang melakukan puasa ini. (Nurcholish Madjid, 2000: 6 & 9)

Rasa Cinta

Bagi Bambang Q-Anees, Ketua Prodi Religious Studies, puasa itu rahmat. Semua orang harus merasakan manisnya rahmat itu. Maka warung-warung diserukan untuk ditutup agar semua orang merasakan manisnya ibadah puasa Ramadhan. Mereka seharusnya melarang bukan membenci, merusak.

Bila kita bertanya pada relung hatinya terdalamnya, apa alasan mereka melarang warung makanan? Pasti mereka akan menjawabnya, cintaku yang mendorong untuk melarang aktivitas mereka. Kami ingin semua orang tidak ketinggalan pada pesta Ramadhan ini. Momen ini hanya setahun sekali, belum tentu tahun depan mereka dapat merasakannya. Memang setiap larangan ini tampak keras, tapi ketahuilah setiap larang agama adalah bentuk ekspresi dari rasa cinta yang menginginkan semua kekasihnya tidak terjebak pada kenikmatan sesaat seraya memilih kenikmatan tiada tara.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement