Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Momentum Merawat Rasa Malu

Momentum Merawat Rasa Malu
A
A
A

(Baca Juga : Jawaban Gus Miftah Atas Isu Kiamat 15 Ramadhan)

Puasa itu tidak sekedar tidak makan minum dan berhubungan intim pada siang hari. Puasa harus bisa menahan prasangka buruk. Jangan biarkan pikiran kita terlalu menghakimi perilaku orang lain. Berpuasa berarti masuk ke dalam dirimu dan memperbaikinya. Memang ada pendapat Ramadhan tak seharusnya menutup semua warung makanan karena saudara kita yang muslim sedang dalam perjalanan (safar), para muslimah yang menstruasi, hamil, menyusui itu membutuhkan warung makanan.

Bila kita menjalankan puasa dengan penuh rasa cinta, maka semua orang (non muslim) akan merasakan kebahagiaan, bukannya ketakutan makan minum di muka umum. Akan tetapi para ulama itu memikirkan pendidikan bagi belia. Mereka ingin lingkungan ini kondusif untuk mendidik generasi muda agar bisa berpuasa dengan baik tanpa peluang sedikit pun untuk ingkar.

Kalau puasa lahir dan batin dengan pikiran yang tidak iri ketika melihat orang yang tidak berpuasa. Dengan tindakan yang penuh cinta, bahkan pada saat memberikan larangan, kenapa tidak dibiarkan saja warung-warung itu dibuka?

Menutup warung secara paksa demi pendidikan anak-anak dan belia sama saja dengan memberikan kepalsuan. Wajarlah warung-warung itu dibuka agar anak-anak mulai belajar berpuasa sepenuh hati dengan ujian terberatnya.

(Baca Juga : Putuskan Hijrah, Begini Gaya Hijab Artis-Artis Mualaf)

Bukankah puasa itu innerwordly ascetisme, pengandalian diri dengan tetap berada dalam kehidupan nyata, tetap beraktivitas seperti biasa?. Bukankah inti puasa itu pelatihan agar kita tetap beriman dan bertakwa, bahkan di tengah lingkungan yang paling rusak sekalipun. Jadi membersihkan ruang pulik dari mereka yang tak berpuasa akan membelokkan tujuan mulia dari puasa.

Puasa ternyata bukan sekedar tidak makan minum dan jima itu baru pintunya. Begitu kita lapar dan haus seharian, seraya nafsu untuk marah, ingin diperhatikan dan dihormati, merasa paling ada di jalan lurus memuncak. Bila kita sanggup mengendalikannya maka puasa itu menjadi shaum sebenar-benarnya. Namun sungguh susah betul dalam melakukan dan memperaktikannya. (Radea Juli A Hambali dan Dede Syarif [ed], 2010:25-26)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement