Selain itu, isu SARA juga masih terus dipakai dalam misinformasi atau disinformasi online untuk membuat masyarakat bereaksi.
"Kalau isu SARA, itu menjadi pola [misinformasi yang standar dan tipikal di Indonesia yang bisa digunakan untuk memancing emosi orang. Salah satu tanda satir atau parodi yang sukses itu justru jika makin banyak orang yang salah paham maka makin sukses juga parodi tersebut. Jadi salah satu hal yang paling gampang membuat tersinggung itu adalah dengan memakai isu SARA, karena itu membicarakan identitas," ujar Aribowo.
Soal 'klepon tidak Islami' yang viral minggu ini, ia mengatakan, jika unggahan tersebut adalah suatu bentuk parodi, maka untuk menghindari perdebatan yang panas, pengguna internet harus dapat membatasi diri dalam hal berkomentar yang dapat menyinggung orang lain.
"Memang media sosial adalah tempat berkumpulnya banyak orang, apalagi di masyarakat kita, bahkan ada sebutan 'netizen +62.' Bermanfaat atau tidak bermanfaat, orang akan lebih suka komentar, namun akibatnya tidak dipikir, dan sering di media sosial menjadi seperti bentrok.
"Tapi memang harus dipahami ya bahwa itu adalah kebebasan berpendapat. Kalau dikaitkan dengan parodi, pembatasannya ada di diri kita masing-masing," imbuhnya.
Foto disalahgunakan
Sementara itu di Twitter ada yang mengklaim bahwa foto kue klepon yang viral milik Dita C. Ichwandardi, fotografer dan blogger makanan. Tapi, diakui fotonya itu disalah gunakan oleh oknum.
"Foto @ditut ini dipakai tanpa sepengetahuan kami dan digunakan untuk menyebar informasi yang tidak sejalan dengan pemikiran kami," tulis akun Twitter @pinot.
Sementara Dita C. Ichwandardi melalui akun Twitternya menulis, "Ciyan amat itu foto klepon gue," katanya.
Dita menjelaskan, foto klepon itu dia ambil pada 2008 waktu dirinya masih aktif sebagai food-photographer dan food-blogger.
“Bangun tidur, kucek-kucek mata, apaan nih. Lihat Facebook, teman-teman food-blogger lama banyak yang nge-tag. Apal mereka sama foto-foto makananku (laugh). Masih enggak ngerti ada apaan, kenapa ramai-ramai klepon karena banyak post link-nya sudah dihapus. Ternyata oh ternyata tak Islami," paparnya.
(Salman Mardira)