Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Merayakan Idul Adha, Membela Kemanusiaan

Merayakan Idul Adha, Membela Kemanusiaan
Ilustrasi Sholat Idul Adha. (Foto: Okezone)
A
A
A

UMAT Islam yang berbahagia dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Idul Adha atau yang biasa dikenal dengan Hari Raya Kurban merupakan salah satu hari kasih sayang yang dimiliki umat Islam. Hari kepedulian sosial dan kemanusiaan ditegakkan.

Idul Kurban sangat berbeda dengan zakat. Idul Kurban tidak ada paksaan sama sekali di dalamnya. Orang yang berkurban melakukannya dengan sukarela. Tidak dipaksa atau dilakukan dalam keadaan sadar. Sementara zakat, suka tidak suka, wajib dikeluarkan. Meskipun, dampak zakat terlihat lebih besar secara kemanusiaan daripada berkurban.

Baca juga: JK: Sholat Idul Adha Harus Patuhi Protokol Kesehatan, di Lapangan Lebih BaikĀ 

Namun jika dilihat secara kualitas orang yang berkurban, secara pribadi jauh lebih baik ketimbang pelaku zakat. Sebab zakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Jika kurban itu dilakukan dalam keadaan sulit, tentu kualitas pribadi seseorang jauh lebih baik.

Hari Raya Kurban, bagi orang yang tidak memahami latar sejarah, mungkin dianggap bengis dan menakutkan. Sebab pada hari itu banyak sekali hewan yang disembelih. Jutaan darah hewan ditumpahkan.

Secara kasat mata memang begitu, tapi jika dilihat dari sejarahnya, sesungguhnya berkurban membela kemanusiaan dan kepedulian sesama manusia. Hari Raya Kurban meluruskan kembali keyakinan manusia terhadap sistem ketuhanan.

Philip K Hitti dalam bukunya History of Arabs menjelaskan bahwa sebelum Islam datang di jazirah Arab Tuhan dikenal sangat kejam dan bengis. Tuhan yang disimbolkan dengan berhala selalu meminta tumbal hewan dan darahnya dilumurkan di berhala-berhala tersebut. Seolah-olah Tuhan (berhala) haus darah. Tuhan butuh daging-daging tersebut.

Bahkan di sepanjang sungai Nil, masih dalam buku tersebut dijelaskan, jika sungai Nil meluap, masyarakat di sekitar sungai beranggapan penguasa (Tuhan) sungai Nil membutuhkan tumbal. Itulah sebabnya seorang perempuan perawan selalu dikorbankan. Perempuan tersebut dilempar ke sungai Nil sebagai tumbal atas permintaan penguasa sungai.

Baca juga: Dahsyatnya Hari Arafah, Pintu Langit Dibuka dan Semua Dosa DiampuniĀ 

Tradisi kuno tersebut membuktikan bahwa Tuhan sangat kejam. Butuh pengorbanan seorang manusia ketika marah. Hal demikian hampir terjadi semua penjuru dunia.

Ketika Islam hadir di jazirah Arab perubahan keyakinan tersebut terjadi. Islam memperkenalkan kepada manusia bahwa Tuhan tidak sejahat yang dituduhkan. Tuhan tidak butuh tumbal, Tuhan tidak butuh darah, yang dibutuhkan Tuhan hanyalah ketakwaan hambanya. Jika ditelisik lebih dalam, makna takwa juga menunjukan manusia yang shaleh dalam kehidupan dunia (muamalah). Artinya kehadiran agama dan sistem ketuhanan adalah tidak lain untuk menciptakan tatanan dunia (kehidupan) yang memanusiakan manusia.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement