PERJUANGAN merebut kemerdekaan dari tangan penjajah tidak lepas dari peran para habaib di Tanah Air. Mereka yang berasal dari negeri Hadhramaut, Yaman awalnya datang ke Indonesia untuk berdakwah menyebarkan Islam dan berdagang.
Keberadaan para habaib di Indonesia ibarat oase bagi kaum muslimin. Perannya dalam menyemangati pemuda Islam melawan penjajah tentu tak dapat dikesampingkan.
"Sudah merupakan fakta sejarah para habaib melakukan dakwahnya dengan menyemangati para pemuda dan umat Islam untuk menyingkirkan penjajah," ucap Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar Sumaith saat berbincang dengan Okezone, Senin (17/8/2020).
Beberapa nama habaib tercatat dalam sejarah turut andil di balik kemerdekaan Indonesia. Di antaranya Habib Idrus bin Salim Al-Jufri yang dikenal sebagai penggagas bendera pusaka merah putih. Habib idrus merupakan ulama besar kelahiran Tarim, 15 Maret 1892.
Baca juga:Β Kiai Wahid Hasyim dan Perannya di Balik Kemerdekaan Indonesia
Beliau telah diangkat menjadi mufti di usia muda yakni 25 tahun di Kota Taris, Hadhramaut. Ia dikenal sebagai ulama tokoh pejuang di Sulawesi Tengah dalam bidang pendidikan Islam.
Di usia 41 tahun, ulama yang akrab dipanggil Guru Tua itu mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Al-Khairat. Kemudian pada tahun 1930 Habib Idrus hijrah ke Kota Palu hingga akhir hayatnya pada 22 Desember 1969.
Selanjutnya ada pula nama Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang). Beliau merupakan penentu hari dan waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ulama kelahiran Jakarta, 20 April 1870 itu merupakan pelopor berdirinya majelis taklim di Indonesia. Habib Ali Al-Habsyi juga ikut mendorong berdirinya partai politik berazaskan Islam yang kemudian dikenal dengan Partai Syarikat Islam.
Presiden Soekarno sebelum memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, terlebih dulu menemui Habib Ali Al-Habsyi untuk dimintai pendapatnya mengenai hari dan waktu yang tepat untuk membacakan proklamasi.
Habaib lainnya yang berjasa terhadap bangsa dan negara ialah Syarif Abdul Hamid Al-Qadri atau Sultan Hamid II. Putra sulung Sultan Pontianak ke-6, Sultan Syarif Muhammad bin Yusuf Al-Qadri itu lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 12 Juli 1913. Beliau masih keturunan dari Syarif Abdurrahman bin Husein Al-Qadri.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran