Pada pagi harinya, Al-Walid bin Al-Mughirah tetap dalam keadaan sehat wal ‘afiyat. Al-Walid bin Al-Mughirah pun kembali melanjutkan membongkar Kakbah, dan akhirnya orang-orang ikut membantunya. Mereka kemudian membongkar Ka’bah seluruhnya hingga pondasi Ibrahim ‘alayhissalam.
Mereka gantikan semua batu Kakbah dengan batu yang baru kecuali batu Hajar Aswad. Ketika mereka sedang membangun Kakbah, salah seorang dari mereka berkata -seraya mengingatkan :
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، لَا تُدْخِلُوا فِي بِنَائِهَا مِنْ كَسْبِكُمْ إلَّا طَيِّبًا، لَا يَدْخُلُ فِيهَا مَهْرُ بِغَيٍّ، وَلَا بَيْعُ رِبًا، وَلَا مُظْلَمَةُ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ
“Wahai kaum Quraisy sekalian, janganlah kalian menggunakan biaya untuk membangun Kakbah kecuali dari penghasilan yang baik. Jangan sampai di dalamnya ada hasil zina, hasil jual beli riba, dan hasil sebab telah menzhalimi seseorang.”
Disebutkan dalam sebuah hadis yang shahih bahwasanya ketika itu Rasulullah SAW turut membantu memperbaiki Kakbah ditemani oleh pamannya Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib.
Jabir bin Abdillah berkata :
لَمَّا بُنِيَتِ الكَعْبَةُ ذَهَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبَّاسٌ يَنْقُلاَنِ الحِجَارَةَ، فَقَالَ العَبَّاسُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اجْعَلْ إِزَارَكَ عَلَى رَقَبَتِكَ، فَخَرَّ إِلَى الأَرْضِ، وَطَمَحَتْ عَيْنَاهُ إِلَى السَّمَاءِ، فَقَالَ: «أَرِنِي إِزَارِي» فَشَدَّهُ عَلَيْهِ
“Tatkala Kakbah dibangun, Nabi SAW dan ‘Abbas ikut membantu mengangkat batu. Al-‘Abbas berkata kepada Nabi, “Letakkanlah sarungmu di atas lehermu (agar pundak/leher tidak terlalu sakit pada saat mengangkat batu karena dilapisi dengan sarung-pen).” Maka Nabi pun jatuh tersungkur di tanah, dan kedua matanya terangkat melihat ke langit dan ia berkata, “Sarungku-sarungku (tolong dikencangkan)!” Kemudian Al-‘Abbas pun mengencangkan sarung Nabi.” (HR Al-Bukhari no 1582)
Allah menjadikan Nabi tersungkur agar beliau tidak jadi mengangkat sarungnya dan meletakkannya di atas lehernya yang menyebabkan aurat beliau akan tersingkap.
Seluruh kabilah-kabilah Quraisy pun ikut serta mengumpulkan batu-batu untuk membangun Kakbah. Masing-masing kabilah bertugas untuk membangun Kakbah pada posisi tertentu. Hingga ketika seluruh bagian Kakbah telah selesai dibangun dan bersisa bagian Hajar Aswad, timbullah perselisihan di antara mereka.