Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Peduli Sulitnya Ekonomi Keluarga, Berbagi Iftar Ramadhan Masih Jadi Prioritas

Agregasi VOA , Jurnalis-Selasa, 04 Mei 2021 |16:01 WIB
Tak Peduli Sulitnya Ekonomi Keluarga, Berbagi Iftar Ramadhan Masih Jadi Prioritas
Berbuka puasa bersama saat masuknya Azan Magrib. (Foto: VOA)
A
A
A

Tak pernah khawatir

Sudan mengalami kesulitan sejak digulingkannya presiden Omar al-Bashir yang berhaluan keras pada April 2019, menyusul protes menentang pemerintahannya yang dipicu oleh kesulitan ekonomi.

Kekurangan bahan makanan yang parah dan kenaikan harga-harga menjadi salah satu isu yang menekan, dua tahun setelah jatuhnya Bashir, kata Ibrahim. Inflasi bulan lalu melejit lebih dari 330 persen, kata pemerintah.

Orang-orang kini kerap antre berjam-jam untuk membeli makanan pokok atau mengisi bensin untuk kendaraan mereka.

Rumah-rumah sering mengalami pemadaman listrik, dan tabung gas untuk memasak kerap sukar diperoleh.

Pemerintah transisi, yang berkuasa setelah Bashir disingkirkan, telah memulai reformasi yang diharapkan dapat membangun kembali perekonomian.

Pada Februari lalu, pemerintah memperkenalkan sistem nilai tukar mata uang mengambang dalam upaya menutup kesenjangan lebar antara nilai tukar resmi dan nilai tukar di pasar gelap.

Langkah berani lainnya mencakup mengurangi subsidi bahan bakar dan berbagai komoditas lainnya. Tetapi yang lainnya khawatir langkah-langkah itu berisiko menyebarkan ketidakpuasan rakyat sebelum hasilnya muncul.

Sementara itu warga tidak peduli berapa banyak tamu yang harus mereka jamu. Mudather Saad, sambil memberi tanda berhenti dan makan di tepi jalan mengatakan, "Jumlah tamu meningkat pada hari Kamis sewaktu orang-orang meninggalkan Khartoum untuk mengunjungi keluarga di desa-desa. Biasanya, kami menjamu antara 150 dan 200 orang. Tetapi pada hari Kamis, kami dapat menjamu hingga 300 orang.”

Dalam beberapa menit sebelum azan Magrib, Saad dan teman-temannya telah berhasil menghentikan bus yang dipadati sekitar 60 penumpang.

Omar Hussein, pengemudi bus tersebut, rutin melewati jalan raya itu dan ia selalu berhenti begitu waktu berbuka puasa menjelang. Hussein menyatakan ia tidak pernah khawatir akan ketinggalan berbuka puasa. Ia selalu yakin akan ada orang yang menawarinya makan di tengah perjalanannya

(Vitrianda Hilba Siregar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement