 
                Kedua, adanya unsur tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Budaya ini bukan merupakan budaya kaum Muslimin, namun warisan dari non-Muslim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: "Barang siapa meniru-niru suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka."
Kemudian panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatan-Nya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Oleh karena itu, sebagian ulama tidak menyukai doa agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan: "Semoga Allah memanjangkan umurmu" kecuali dengan keterangan "Dalam ketaatan-Nya" atau "Dalam kebaikan" atau kalimat yang serupa.
Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk –semoga Allah menjauhkan kita darinya– hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka.