Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)?
Asy-Syaukani mengatakan, "Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata 'kullu' (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At-Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan." (Nailul Author, 7/148)
Jadi yang dimaksud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Syaban adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu Kenapa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Syaban?
An-Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib." (Syarh Muslim, 4/161)
Di antara rahasia kenapa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Syaban adalah karena puasa Syaban ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana sholat rawatib adalah sholat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi sholat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Syaban.
Karena puasa di bulan Syaban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma'arif, Ibnu Rajab, 233)
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)