Sewaktu di Makassar, ia menghadapi cobaan berat. Saat proses pemakaman pamannya di Toraja, Aisyah berharap dirinya dapat ikut. Keluarganya memberinya kesempatan untuk ikut dengan syarat Aisyah harus meninggalkan hijab dan shalatnya.
Aisyah menjelaskan bahwa dirinya tak sanggup hati untuk pergi dan meninggalkan keislamannya. Namun, ia juga bimbang karena masih ingin mengikuti proses pemakaman pamannya. Ia pun berdoa.
"Ya Allah, tolonglah aku, ampunilah aku bila caraku ini salah," katanya.
Rencana Aisyah untuk kembali ke Jakarta mendapat hambatan. Keluarga besar tidak mengizinkannya pergi. Bahkan, ia sempat dimarahi di hadapan seluruh keluarga. "Saya diseret lalu saya duduk di tengah-tengah keluarga. Itu saya di caci maki," kenangnya.
Aisyah meminta tolong kepada teman-temannya meminjam uang agar dapat membeli tiket pesawat.
"Alhamdulillah Allah kasih saya teman-teman yang memang support saya untuk balik ke Jakarta," ucap Aisyah.
Ia meminta temannya untuk mengantarnya ke bandara dari rumahnya yang di Makassar.
Tak disebutkan detail bagaimana caranya pergi ke Makassar, namun ketika Aisyah berpamitan kepada ibu sambungnya, ia bertemu dengan kakaknya yang menentang keras keputusan Aisyah. Tanpa memerdulikan kalimat yang mengiris hatinya, Aisyah tetap memutuskan pergi dan terbang ke Jakarta.
"Niat saya sudah bulat, saya harus pergi ke Jakarta, saya tidak mau meninggalkan keislaman yang saya punyai ini," ujar Aisyah.