Dalam menjalankan tugasnya sebagai Petugas Haji 2025, Eko selalu mengingat pesan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar. Menag berpesan agar memperlakukan jamaah seperti merawat orangtua sendiri.
“Itu nasihat yang saya tidak bisa lupa. Coba kalau ibu atau bapak kita dalam posisi itu, bagaimana harus memperlakukannya,” kata Eko dengan mata yang berbinar-binar.
Eko juga menceritakan momen saat menangani jamaah haji dengan gangguan dimensia (penurunan daya ingat) asal Embarkasi Lombok, NTB. Saat itu, jamaah perempuan ini menolak naik bus karena mencari anaknya.
Memiliki pengalaman panjang, Eko tidak kehabisan akal. Ia men-scan barcode ID haji milik jamaah lansia tersebut dan tak disangka, ditemukan kontak sang anak yang berada di Tanah Air. Dari situlah, Kapten Eko berhasil meredam kepanikan sang jamaah lansia.
“Itu saya video call ke anaknya, dan akhirnya bisa dibujuk untuk naik bus. Jadi, menghadapi orang seperti ini tidak bisa dengan cara-cara mendesak, tapi harus dibujuk dengan berbagai cara. Nah, pas ibunya sebut anaknya si Joko, itulah cara terbaik saya untuk membujuk,” tegas Eko.
Di tengah lautan manusia yang datang menunaikan panggilan suci, Eko Bunawi bukan hanya hadir sebagai petugas, melainkan sebagai sosok yang membawa ketulusan, empati, dan semangat pengabdian tanpa syarat. Pengabdian Eko adalah bukti melayani dengan hati adalah ibadah tertinggi yang tak selalu membutuhkan mimbar, cukup niat tulus dan langkah tanpa pamrih.
(Djanti Virantika)