JAKARTA - Menteri Agama Nasaruddin Umar memberi pesan agar tahun baru islam 1447 Hijriah yang jatuh hari ini Kamis (26/6/2025) dijadikan masyarakat sebagai momentum menjadi pribadi lebih baik. Pesan ini disampaikan Nasaruddin Umar karena tahun baru islam dijadikan Nabi Muhammad SAW sebagai momentum hijrah dari Makkah ke Madinah sekira 14 abad lalu.
Dari sinilah islam kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Nasaruddin pun mengutip salah satu pesan Al-Quran, Surah At-Taubah ayat 20.
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung,” kata Nasaruddin di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
“Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” lanjut menteri berusia 66 tahun ini.
Pergantian tahun baru islam ini menjadi momentum seseorang melakukan intropeksi diri. Apakah yang dilakukan selama ini sudah baik atau masih ada yang perlu dibenahi lagi ke depan.
“Hari ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai? Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam kejujuran, dalam kasih sayang, dalam tindakan sehari-hari?,” lanjut imam besar Masjid Istiqlal ini.
Di beberapa daerah, tahun baru islam digelar meriah. Nasaruddin Umar menilai, itu menunjukan islam dan budaya lokat saling menguatkan satu sama lain.
“Di banyak daerah di Indonesia, Muharam dirayakan dengan cara yang indah. Ada Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, doa bersama di kampung-kampung. Semua itu menunjukkan bahwa Islam dan budaya lokal kita tidak saling meniadakan, justru saling menguatkan,” papar Nasaruddin.
“Kementerian Agama memandang inilah kekayaan kita. Islam yang membumi, Islam yang mewangi tanpa kehilangan kemurniannya. Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial,” sambung menteri bergelar profesor ini.
Menag meminta masyarakat Indonesia menjalankan tiga kata kunci. Pertama, bersyukur karena masih diberi umur dan kesempatan. Kedua, berhijrah karena stagnasi adalah musuh masa depan. Ketiga, berkontribusi karena iman yang sejati harus tampak dalam tindakan.
(Ramdani Bur)