Ilmu pengetahuan merupakan kunci utama untuk membuka pintu kemajuan. Melalui ilmu, generasi muda dapat menemukan kemudahan dalam hidup dan memahami dunia dengan lebih luas. Bukan hanya urusan dunia, urusan akhirat pun harus bermodal ilmu. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Artinya: "Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).
Namun, penting diingat, ilmu yang dipelajari harus bersumber dari tempat yang jelas dan terpercaya. Dalam konteks ilmu agama, kebenaran suatu ilmu harus ditelusuri hingga sanadnya bersambung kepada Rasulullah SAW. Ilmu agama yang tidak bersumber dari guru yang jelas atau sanad yang sahih dapat menjerumuskan seseorang pada kesesatan, bahkan memunculkan pemikiran yang radikal dan ekstrem. Pemahaman agama yang salah inilah yang sering kali menjadi akar munculnya tindakan kekerasan dan terorisme.
Demikian pula dengan ilmu-ilmu umum seperti ilmu komputer, teknologi, atau komunikasi. Generasi muda harus diarahkan agar menggunakan pengetahuan tersebut untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa, bukan untuk hal-hal destruktif seperti peretasan, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, atau kegiatan bazar negatif di dunia maya. Ilmu seharusnya menjadi alat untuk membangun, bukan menghancurkan.
Di tengah derasnya arus informasi dan kemudahan teknologi, penguatan akhlak menjadi sangat penting. Generasi muda saat ini hidup dalam situasi yang penuh godaan digital, konten hiburan, media sosial, dan berbagai informasi tanpa batas yang mudah diakses hanya melalui gawai. Jika tidak dibentengi dengan akhlak yang kuat, mereka mudah terpengaruh, kehilangan kontrol diri, dan terbentuk menjadi pribadi yang rapuh secara mental.