Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Apakah Benar Puasa Rajab Pahalanya Jauh Lebih Besar?

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 30 Desember 2025 |15:48 WIB
Apakah Benar Puasa Rajab Pahalanya Jauh Lebih Besar?
Ilustrasi.
A
A
A

JAKARTA – Berpuasa di bulan Rajab memiliki nilai pahala yang besar karena dikerjakan di salah satu bulan haram (asyhurul hurum). Namun, para ulama meyakini bahwa puasa di bulan ini tidak memiliki kepastian pahala khusus. Menurut para ulama, anggapan bahwa puasa di bulan Rajab memiliki nilai pahala fantastis seperti “puasa sehari sama dengan puasa setahun” bertumpu pada hadis-hadis yang derajatnya lemah bahkan palsu, sehingga tidak memiliki dasar yang kuat.

Status Puasa Rajab Menurut Ulama

Mayoritas ulama dari empat mazhab sepakat bahwa tidak ada puasa wajib atau puasa sunnah khusus yang secara tegas disyariatkan hanya untuk bulan Rajab. Namun, berpuasa di dalamnya tetap dianjurkan sebagai bagian dari memperbanyak ibadah di bulan-bulan haram.

Untuk diketahui, Rajab termasuk empat bulan mulia yang disebut dalam firman Allah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah ialah dua belas bulan… di antaranya ada empat bulan yang haram.” (QS. At-Taubah: 36)

Karena termasuk bulan haram, beberapa ulama menyebut pahala amal saleh—termasuk puasa—di Rajab menjadi lebih besar secara maknawi, bukan dalam bentuk angka tertentu yang pasti. Namun pernyataan “lebih besar” ini dipahami sebagai pengagungan bulan, bukan penetapan hitungan pahala yang detail.

 

Dalil Umum Tentang Puasa di Bulan Haram

Hadis sahih yang sering dijadikan dasar adalah sabda Nabi Muhammad SAW:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim no. 1163)

Hadis ini menunjukkan bahwa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Muharram, bukan Rajab. Karena itu, klaim bahwa “pahala puasa Rajab paling besar setelah Ramadhan” tidak tepat jika bertentangan dengan teks ini. Namun, berpuasa di Rajab tetap masuk kategori puasa sunnah di bulan haram yang mulia, sehingga tetap dianjurkan selama tidak diiringi keyakinan keutamaan khusus tertentu yang tidak berdalil kuat.

 

Banyak ulama hadis menilai riwayat-riwayat yang menyatakan tentang pahala “setahun”, “tujuh puluh tahun”, hingga “sembilan ratus tahun” sebagai hadis dhaif bahkan maudhu’ (palsu). Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menegaskan bahwa hadis-hadis tentang keutamaan khusus Rajab dan puasa Rajab terbagi antara lemah dan palsu, sehingga tidak boleh dijadikan landasan penetapan hukum yang kuat atau kepastian hitungan pahala.

(Rahman Asmardika)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement