Selanjutnya pada 2015, Anggi mengikuti kembali pembinaan dari Kemensos, kali ini pembinaan ditujukan untuk tenaga transmigrasi. Ia benar-benar berharap pembinaan kali ini bisa mengubah kehidupannya, namun nasib baik belum berpihak kepadanya.
Delapan bulan mengikuti pembinaan Anggi dinyatakan tidak lolos. Setahun berselang ia mencoba lagi mengikuti program yang sama di Kabupaten Klaten. Meski lolos tes, program transmigrasi terpaksa tak jadi ia ikuti karena istrinya mengalami gagal ginjal, dan Anggi memutuskan untuk kembali lagi ke Bekasi.
Hari-harinya dilalui mengantar istrinya berobat jalan dan setiap sebulan sekali harus menjalani cuci darah. Anggi pun mulai kebingungan untuk membiayai pengobatan istrinya.
Namun karena ketabahnnya, Allah menolong Anggi dengan cara mempertemukannya dengan Rojali, Koordinator Program Layanan Kemanusiaan PPPA Daarul Qur’an, di Tangerang. Anggi kemudian difasilitasi untuk membuka usaha kopi keliling.
Beberapa bulan bejalan, ia kemudian memutuskan untuk beralih usaha menjadi penjual sandal spons karakter. Dari berjualan sandal itulah penghasilannya mulai bertambah. Ekonomi keluarganya mulai membaik.