KETELADANAN hidup Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memikat seorang akademisi asal Amerika Serikat bernama Craig Considine. Ia bukan hanya menilai Rasulullah sebagai perintis serta penyebar ajaran agama Islam, namun juga perannya sebagai khalifah dinilai menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) kaum minoritas.
"Sikap (Nabi) Muhammad terhadap kelompok minoritas pada zamannya memerintah menunjukkan kelebihannya sebagai pejuang HAM yang universal, terutama yang berkaitan dengan kebebasan beribadah, dan hak bagi kaum minoritas untuk memiliki perlindungan selama masa konflik," ungkap sosiolog Craig Considine, dikutip dari About Islam, Senin (29/6/2020).
Baca juga: Mencontoh Rasulullah Berdakwah dengan Lemah Lembut
Considine yang berkeyakinan Katolik ini menggali berbagai kebijakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang merepresentasikan kesadaran atas nilai-nilai HAM. Nabi Muhammad memprakarsai banyak hukum perjanjian dengan umat Kristen dan Yahudi. Salah satunya sebuah perjanjian dengan para biarawan Kristen di Bukit Sinai, Mesir, pada tahun kedua hijriah.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menjamin keamanan gereja, pemimpin, dan pengikutnya dalam beribadah. Mereka juga dikecualikan dalam membayar jizyah (pajak). Tidak lupa, Rasulullah memperingatkan umat Islam agar tidak melanggar perjanjian yang terkenal dengan sebutan Ashtiname.
Dari sisi hukum, umat Kristen juga diberikan hak otonomi, pengadilan, dan sistem hukum yang tidak boleh diganggu. Mereka tidak boleh dipaksa untuk pergi berperang. Perempuan Kristen tidak boleh dipaksa menikahi lelaki Muslim.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam benar-benar memberikan jaminan dan hak khusus kepada umat Kristen agar tidak segan hidup berdampingan dengan kelompok Muslim.
Baca juga: Nabi Muhammad Mendamaikan Suku yang Berebut Meletakkan Hajar Aswad
Naskah perjanjian ini selama berabad-abad disimpan di gereja mereka sampai kemudian dalam perang Utsmani dengan Mamluk (1516–1517 Masehi). Dokumen asli diambil dan dibawa ke Sultan Salim I. Pihak Gereja Bukit Sinai hanya menyimpan salinannya.
"Melalui perjanjian ini, (Nabi) Muhammad menjelaskan bahwa Islam, sebagai cara hidup politis dan filosofis, menghormati dan melindungi orang-orang Kristen," ungkap Considine.