KISAH mualaf Menachem Ali sangat memberikan inspirasi. Ia adalah mantan pemuka agama yang mendapat hidayah Islam dan kini fokus berdakwah.
Dahulu Profesor Menachem Ali pernah mendirikan Institute Syrian Cristians Study (ISCS). Lembaga itu sering mengadakan acara keagamaan di hotel-hotel.
Dalam acara tersebut juga Menachem Ali dan seorang temannya yakni Bambang bergantian menjadi pemateri. Lembaga tersebut juga berperan penting atas terbitnya kitab agamanya dulu yang berbahasa Arab di Indonesia.
Tetapi, Menachem Ali mengambil Langkah yang sangat mengejutkan. Ia mantap masuk Islam. Tentu ini menjadi pukulan telak bagi para pengikutnya.
Setelah menjadi mualaf, pria yang kini berusia 48 tahun tersebut berganti nama menjadi Muhammad Ali. Mengapa dia tiba-tiba masuk Islam?
Ali lahir di Gersik, Jawa Timur. Ia disumpah dalam kepercayaannya dulu pada tahun 1989 ketika masih duduk di bangku SMA. Setelah lulus, dia melanjutkan kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Hal yang menarik, semasa kuliah, Ali pernah berdebat dengan KH Abdullah Wasian, tepatnya pada tahun 1993. Saat itu Kiai Wasian adalah seorang kristolog senior.
Ia sangat disegani para pendeta karena penguasaannya atas Alkitab. Dia juga sering berdebat dengan para pendeta, baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Perdebatan pertama kali Ali dengan KH Abdullah Wasian adalah tentang siapa yang dikorbankan Ismail ataukah Ishak.
Dikutip dari kanal YouTube Graha Mualaf, setelah perdebatan itu Ali masih belum masuk Islam. Lulus dari Unair, dia kemudian meneruskan S-2 di Semarang dan lulus pada 2003.
Ali termasuk sedikit orang Indonesia yang menguasai bahasa Ibrani secara aktif. Tidak hanya di situ, dia juga menguasai lima bahasa lain yakni Inggris, Arab, Yunani, Prancis, Latin, Sanskerta, dan Madura.
Setelah lulus, Ali menjadi dosen Filologi Program Studi sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair.
Menachem Ali masuk Islam karena firman yang menjadi kitab bermasalah. Firman yang menjadi manusia juga bermasalah.
Pasalnya, banyak perdebatan antara kitab yang bukan wahyu dan kitab yang wahyu. Sehingga, Menachem Ali akhirnya meninggalkan keyakinan sebelumnya dan mantap menjadi mualaf pada Agustus 2005.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)