Pakaian antariksa harus memenuhi standar yang ketat untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan astronot selama misi luar angkasa. Sehingga, tidak semua bahan pakaian cocok untuk digunakan saat menggunakan baju astronot.
"Segera setelah Anda masuk ke EMU (baju astronot), Anda mengenakan topi (komunikasi) (dilengkapi dengan mikrofon dan speaker), yang menutupi rambut Anda," jelasnya.
Maka dari itu secara darurat, Tim NASA pun menjahit sebuah hijab dengan bahan khusus yang bisa digunakan di balik helm astronot tersebut.
Nora Al Matrooshi menjelaskan bahwa NASA sedang mengembangkan strategi yang memungkinkan dia tetap menutupi rambutnya saat mengenakan pakaian dan helm luar angkasa tersebut.
"Para teknisi pakaian akhirnya menjahitkan hijab darurat untuk saya, sehingga saya bisa memakainya, masuk ke dalam pakaian, dan kemudian mengenakan topi, lalu melepasnya dan rambut saya akan tertutup. Jadi saya sangat, sangat menghargai mereka yang melakukan hal itu untuk saya," tuturnya.
Tantangan tersebut tidak menghentikan Nora Al Matrooshi untuk meraih mimpinya terbang ke luar angkasa.
Dia mengenakan hijab sebagai bentuk keyakinan Muslim-nya, dan NASA pun patut diapresiasi karena langkahnya yang memberi solusi bagi kedua pihak dengan baik.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)