Di beberapa daerah, tahun baru islam digelar meriah. Nasaruddin Umar menilai, itu menunjukan islam dan budaya lokat saling menguatkan satu sama lain.
“Di banyak daerah di Indonesia, Muharam dirayakan dengan cara yang indah. Ada Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, doa bersama di kampung-kampung. Semua itu menunjukkan bahwa Islam dan budaya lokal kita tidak saling meniadakan, justru saling menguatkan,” papar Nasaruddin.
“Kementerian Agama memandang inilah kekayaan kita. Islam yang membumi, Islam yang mewangi tanpa kehilangan kemurniannya. Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna. Bukan hanya mengingat peristiwa hijrah, tapi menghidupkan semangat hijrah dalam kehidupan nyata, baik di ruang keluarga, pendidikan, birokrasi, maupun media sosial,” sambung menteri bergelar profesor ini.
Menag meminta masyarakat Indonesia menjalankan tiga kata kunci. Pertama, bersyukur karena masih diberi umur dan kesempatan. Kedua, berhijrah karena stagnasi adalah musuh masa depan. Ketiga, berkontribusi karena iman yang sejati harus tampak dalam tindakan.
(Ramdani Bur)