Hukum Bacaan Mim Mati
Selain itu, ada juga hukum bacaan yang didasarkan pada pertemuan mim mati dengan huruf tertentu di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Ikhfa syafawi
Hukum ini berlaku ketika ada huruf hijaiyah Mim Sukun (مْ) ketemu dengan huruf hijaiyah Ba (ب). Ikhfa’ berarti menyembunyikan atau menyamarkan, syafawi berarti bibir. Disebut dengan ikhfa syafawi sebab makhraj dari huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba adalah pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas.
Cara membacanya dengan membaca lebih dulu huruf hijaiyah sebelum mim sukun, setelah itu masuk ke dalam huruf Mim Sukun dengan cara mengeluarkan irama dengungnya hukum dari ikhfa syafawi, yaitu dengan cara menahan huruf hijaiyah mim secara samar-samar. Contohnya: اِنَهُمْ بِدَالِكَ dibaca innahummng bidzaalika.
2. Idgham mitslain atau idgham mimi
Idgham mimi mutamasilain sangat mudah diingat, yakni ketika huruf mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf mim yang mempunyai harakat [ مَ مِ , مُ ]. Cara melafalkan bacaan tersebut adalah dengan meleburkan atau menggabungkan satu huruf hijaiyah ke dalam huruf hijaiyah sesudahnya, atau istlah lainnya adalah dengan di-tasydid-kan. Dibaca dengan mendengung, makhraj huruf hijaiyah mim-nya jelas dan mengalun, kurang lebih sekitar 2 – 3 harakat. Contohnya: لَهُمْ مَايَتَقُوْنَ dibaca lahummmmaa yattaquuna.
3. Izhar syafawi
Hukum bacaan izhar syafawi berlaku apabila bertemu dengan salah satu huruf mim mati dan huruf ba huruf hijaiyah selain huruf mim. Adapun cara membaca idzhar ini harus dilafalkan dengan jelas pada bibir sambil menutup mulut. Contohnya هُمْ نَائِمُوْنَ dibaca hum naaaaaimuuna.
Hukum Bacaan Mad
Mad yaitu memperpanjang atau memanjangkan bacaan pada saat bertemunya dengan huruf-huruf hijaiyah yang termasuk ke dalam hukum Mad, sebagaimana berikut ini:
1. Mad thobi'i atau mad asli
Hukum Mad Thobi’i ini berlaku ketika huruf hijaiyah dengan harakat Fathah ( ــــَــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah alif ( ا ), huruf hijaiyah dengan harakat kasrah ( ـــــِـــ ) ketemu huruf hijaiyah ya sukun ( يْ ), dan huruf hijaiyah dengan harakat Dhammah ( ـــــــُــــــ ) ketemu dengan huruf waw sukun ( وْ ). Maka huruf-huruf itu dibaca dengan panjang 1 alif atau 2 harakat. Contohnya: سَالِمٌ dibaca saalimun, هَوَا dibaca hawaa, كَنَا dibaca kanaa.
2. Mad Jaiz Munfashil
Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada huruf mad thobi'i yaitu ( ــــــَــــــ ا ; يْ ـــــــِــــــ ; وْ ـــــــُـــــــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah alif (ا) yang mempunyai harakat fathah, harakat kasrah, ataupun harakat dhammah ( اَ – اِ – اُ ). Biasanya di dalam Alquran, kata atau kalimat yang mengandung mad jaiz munfashil diberikan suatu tanda berupa garis tipis yang melengkung pada bagian atas huruf mad thobi'i tersebut. Cara membacanya boleh panjang 2, 4 , atau 6 harakat. Contohnya: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ , lafaz Innaaa dibaca panjang dua setengah alif atau sama dengan empat sampai lima harakat (ketukan).
3. Mad Wajib atau Mad Muttashil
Secara etimologi, mad artinya adalah panjang bacaan, wajib berarti harus, dan muttashil berarti bersambung. Hukum ini berlaku ketika huruf hijaiyah mad thobi'i ( ــــــَــــــ ا ; يْ ـــــــِــــــ ; وْ ـــــــُـــــــ ) ketemu dengan huruf hijaiyah Hamzah dengan harakat fathah atau fathatain, dengan harakat kasrah atau kasratain, atau juga dengan harakat dhammah atau dhammatain ( ءَ / ءً – ءِ / ءٍ – ءُ / ءٌ ). Cara membacanya adalah wajib 6 harakat dan ini tidak bisa ditawar lagi. Contohnya: لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ mad thabi'i (waw) bertemu hamzah berharakat dhammah, dibaca lahum su`u a'malihim.