Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tafsir Surat Al Maun Ayat 1-7 Lengkap dengan Artinya tentang Barang yang Berguna

Destriana Indria Pamungkas , Jurnalis-Selasa, 17 Oktober 2023 |11:45 WIB
Tafsir Surat Al Maun Ayat 1-7 Lengkap dengan Artinya tentang Barang yang Berguna
Ilustrasi untuk tafsir surat Al Maun (Foto: Shutterstock)
A
A
A

TAFSIR Surat Al Maun Ayat 1-7 akan dibahas kali ini. Sebagai umat Islam, kitab suci Alquran merupakan pedoman hidup yang utama. Karena itulah, membaca Alquran wajib dilakukan oleh seluruh muslim.

Salah satu surat dalam Alquran yang wajib diketahui isinya adalah Surat Al Maun atau ‘Barang yang Berguna’. Surat ke-107 dalam Alquran ini menjelaskan tentang orang-orang yang celaka karena mendustakan agama.

Guna mengetahui lebih lanjut, berikut tafsir surat Al Maun Ayat 1-7 dilansir dari quran.kemenag.com, Selasa (17/10/2023).

Ayat 1 

أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ

A ra'aitallazi yukazzibu bid din

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”

Ayat pertama pada surat ini menjelaskan mengenai pertanyaan Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad SAW mengenai orang-orang yang mendustakan agama.

Ayat 2 

فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ

Fa zalikallazi yadu ul yatim

Artinya: “Itulah orang yang menghardik anak yatim.”

Di ayat selanjutnya, Allah menjelaskan jika salah satu sifat orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menolak dan membentak anak yatim yang datang padanya untuk memohon belas kasihan atas kebutuhan hidupnya. Penolakan tersebut yang dianggap sebagai penghinaan dan takabur.

Ayat 3 

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ

Wa la yahuddu 'ala ta'amil miskin

Artinya: “dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”

Ayat ke 3 menjelaskan bahwa Allah SWT menegaskan lebih lanjut sifat pendusta itu, yaitu dia tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan orang miskin. Bila tidak mau mengajak orang memberi makan dan membantu orang miskin berarti ia tidak melakukannya sama sekali.

Berdasarkan keterangan di atas, bila seorang tidak sanggup membantu orang-orang miskin maka hendaklah ia menganjurkan orang lain agar melakukan usaha yang mulia itu.

Ayat 4 dan Ayat 5 

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

Fawailul lil-muṣallīn(a).

Artinya: “Celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat,”

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

Allażīna hum ‘an ṣalātihim sāhūn(a).

Artinya: “(yaitu) yang lalai terhadap sholatnya,”

Dalam ayat ini Allah SWT mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan shalat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggota tubuhnya.

Dia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya. Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang dibacanya dalam shalat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Ayat 6 

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

Allażīna hum yurā'ūn(a).

Artinya: “yang berbuat riya”

Selanjutnya Allah SWT menambah penjelasan tentang sifat orang pendusta agama, yaitu mereka melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena ria, tidak terkesan pada jiwanya untuk meresapi rahasia dan hikmahnya.

Ayat 7

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ

Wa yamna‘ūnal-mā‘ūn(a).

Artinya: “dan enggan (memberi) bantuan.”

Kemudian Allah SWT menambahkan juga dalam ayat ini sifat pendusta itu, yaitu mereka tidak mau memberikan barang-barang yang diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkannya, sedang barang itu tak pantas ditahan, seperti periuk, kapuk, cangkul, dan lain-lain.

Keadaan orang yang membesarkan agama berbeda dengan keadaan orang yang mendustakan agama, karena yang pertama tampak dalam tata hidupnya yang jujur, adil, kasih sayang, pemurah, dan lain-lain.

Sedangkan sifat pendusta agama ialah ria, curang, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak mementingkan yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan kedudukan, serta tidak mau mengeluarkan sebahagian dari hartanya, baik untuk keperluan perorangan maupun untuk masyarakat.

Demikian pembahasan singkat mengenai tafsir Surat Al Maun Ayat 1-7. Wallahu a'lam bisshawab. (Hfd) 

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement