VIRAL seorang pria Jepang bernama Yusuke Kurosawa sudah tiga bulan melakukan demonstrasi menentang genosida di Gaza, Palestina. Diketahui bahwa zionis Israel hingga kini terus membombardir wilayah Gaza, rakyat-rakyat sipil pun menjadi korban jiwa.
Yusuke Furusawa melakukan demonstrasi sendirian selama tiga bulan terakhir menentang agresi Israel di Gaza, Palestina. Dia berdiri sendirian di jalanan yang sibuk di Kota Tokyo, Jepang, sambil mengangkat papan bertuliskan, "Hentikan Genosida di Gaza."
"Bertindak sendiri berarti saya bertanggung jawab penuh atas tindakan saya. Tidak ada jalan keluar. Itulah mengapa menurut saya penting untuk bertindak sendiri," katanya, dikutip dari Arabnews.jp, Senin (19/2/2024).
Yusuke mengungkapkan bahwa masyarakat Jepang seringkali tidak menyadari apa yang terjadi di dunia, bahkan termasuk keadaan politik mereka sendiri.
"Banyak orang tidak membicarakan politik dalam percakapan sehari-hari. Banyak orang yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang urusan internasional. Ada hal di masyarakat Jepang yang menghalangi orang untuk berdiskusi politik sehari-hari," ujarnya.
Ia menceritakan, pada November 2023, sebuah protes besar terjadi di Tokyo, mengumpulkan lebih dari 4.000 orang yang menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Gaza, Palestina.
Sayangnya, tambah Yusuke, demonstrasi tersebut tidak didengarkan. Hanya mendapat tatapan kosong, dan bahkan sesekali diejek.
Dirinya menunjukkan bahwa masyarakat Jepang pada umumnya menganggap mereka yang melakukan protes sebagai "orang malas."
"Saya terus berdiri sendiri. Saya terus memegang papan sendirian. Saya ingin memasukkan kebisingan ke dalam Tokyo yang damai dan acuh tak acuh, dan menyusup ke kesadaran masyarakat dengan rasa tidak nyaman," bebernya.
Yusuke sering memfilmkan demonstrasi yang dia lakukan sendiri dan mengunggahnya ke akun Instagram-nya yang saat ini memiliki lebih dari 26.000 pengikut.
Dia kadang-kadang berdiri di depan gerai-gerai negara Barat yang ada di Jepang untuk memperkuat gerakan boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang diduga mendukung Israel tersebut.
"Dengan membuat video gerakan ini di situs jejaring sosial, saya memvisualisasikan orang yang lewat yang bereaksi dengan penolakan terhadap tubuh saya sebagai benda asing. Saya ingin terus memberikan rasa tidak nyaman itu di Jepang," paparnya.
Meskipun kurang mendapat reaksi positif dari orang-orang di Jepang, Yusuke mengatakan bahwa warga negara asing, terutama keturunan Arab, sering mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah menyuarakan pendapat dari negara yang jauh seperti Jepang.
"Saya tidak dapat menahan kemarahan, kesedihan, frustrasi, dan kepahitan yang muncul dalam diri saya setiap kali saya mendengar berita tentang apa yang terjadi di Gaza," ujar Yusuke.
"Jadi, saya berdiri di jalan sambil membawa papan. Tindakan ini memuaskan diri sendiri. Saya menyerukan gencatan senjata permanen sesegera mungkin," jelasnya.
Kurangnya reaksi masyarakat terhadap apa yang oleh Mahkamah Internasional disebut sebagai genosida mungkin sejalan dengan sikap Pemerintah Jepang terhadap konflik tersebut.
Jepang mengikuti jejak Amerika Serikat dan negara-negara Barat dalam menolak seruan gencatan senjata, dan justru menyerukan "jeda kemanusiaan." Jepang juga terus mendukung Israel dalam haknya untuk "membela diri."
Mereka juga memutuskan menghentikan pendanaan untuk UNRWA bersama AS, Kanada, Italia, Jerman, dan negara-negara lain berdasarkan tuduhan Israel atas keterlibatan organisasi tersebut dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Yusuke mencatat bahwa Jepang tampaknya hanya "meniru respons AS terhadap perang."
Dia menambahkan, "Apakah perlu membunuh anak-anak dan perempuan, menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan museum demi membela diri? Ini jelas merupakan tindakan arogansi dan barbarisme yang melanggar hukum kemanusiaan internasional. Saya dengan tegas memprotes pernyataan Pemerintah Jepang yang membela Israel."
Yusuke mengatakan bahwa kedua pihak dalam perang tersebut jelas tidak seimbang dan tidak setara, dan Israel bersama negara-negara Barat telah menghancurkan hak asasi manusia Palestina.
Ia menilai menghentikan pendanaan untuk UNRWA hanya akan memperburuk keadaan. "Ini adalah genosida yang akan tercatat dalam sejarah dunia. Saya memprotes ini tanpa pertanyaan," tegasnya.
PBB pada 5 Februari 2024 menyatakan bahwa lebih dari 100.000 warga Palestina di Gaza telah terbunuh, terluka, atau hilang ketika Israel terus membombardir.
(Hantoro)