Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SPECIAL REPORT Catatan Haji 2024: Dilema Kuota Tambahan, Antara Pelayanan dan Percepatan Antrean

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Minggu, 14 Juli 2024 |09:35 WIB
SPECIAL REPORT Catatan Haji 2024: Dilema Kuota Tambahan, Antara Pelayanan dan Percepatan Antrean
Catatan Haji 2024/Ilustrasi Okezone
A
A
A


JAKARTA – Sejumlah polisi mendadak memberhentikan bus yang ditumpangi jurnalis Okezone bersama rombongan Media Center Haji (MCH) 2024 saat memasuki Kota Makkah tengah malam. Mereka menanyakan visa haji atau tasreh untuk mencegah jamaah ilegal atau pemegang visa non-haji masuk ke Tanah Suci.

Dalam catatan Okezone, ada lima pos pemeriksaan untuk menuju Makkah baik dari arah Madinah maupun Jeddah. Rinciannya, untuk jalur Madinah-Makkah, jamaah harus melewati tiga kali pos pemeriksaan di daerah setelah Dzul Hulaifah (Bir Ali), pertengahan jalur Madinah-Makkah, dan di daerah Jumum.

Sementara, untuk yang datang dari Jeddah akan melewati dua titik pos pemeriksaan. Yaitu di Shumaisi dan Zaidi.

Setiba di Kota Makkah, pemandangan serupa saat check point pertama juga terlihat. Mobil polisi berseliweran di jalanan. Petugas berseragam cokelat maupun berpakaian preman gencar melakukan razia ke sejumlah hotel yang disinyalir sebagai tempat sembunyi jamaah tanpa visa haji.

Bagi mereka yang tertangkap petugas, siap-siap sanksi tegas akan menanti. Mereka akan dikenakan sanksi membayar denda sebesar SAR10.000 riyal atau sekitar Rp43 juta. Selain itu, akan dideportasi ke negara asal dan dilarang datang ke Arab Saudi selama 10 tahun.

Masa Tunggu Haji Indonesia Puluhan Tahun

Ketatnya pemeriksaan jamaah haji di tahun ini, tidak terlepas dari waktu tunggu haji di Indonesia yang berbeda-beda setiap provinsi.

Seperti di Sulawesi Utara, masa tunggunya yakni 16 tahun. Berbeda lagi dengan Kalimantan Selatan yang waktu tunggu hajinya mencapai 38 tahun. Namun waktu tunggu ini berlaku untuk jamaah haji reguler.

ist

Sementara, kuota Indonesia pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M sebesar 221.000 jamaah. Indonesia juga mendapat kuota tambahan sebesar 20.000 jamaah.

Sebanyak 10.000 kuota tambahan diperuntukan bagi jamaah haji regular dan 10.000 lainnya untuk jamaah haji khusus. Sehingga total jamaah haji Indonesia tahun ini berjumlah 241.000 orang, terdiri atas 213.320 jamaah dan 27.680 jamaah haji khusus.

Sedangkan untuk operasional haji 1446 H/2025 M, Indonesia kembali mendapat kuota 221.000 jamaah.

“Saya mendapat informasi dari Wakil Kementerian Bidang Urusan Haji 'Ayed Al Ghuwainim, dan sesuai surat yang saya terima, bahwa Indonesia mendapat 221.000 kuota haji 1446 H/2025 M," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, di kantor Kementerian Haji dan Umrah Saudi, Makkah, Selasa (18/6/2024).

“Kita mengapresiasi Kemenhaj Saudi yang kembali mengumumkan kuota lebih awal. Sehingga proses persiapan penyelenggaraan haji juga bisa dilakukan lebih cepat," sebut Gus Men, panggilan akrabnya.

Pelayanan Jamaah saat Puncak Haji di Armuzna

Besarnya kuota jamaah haji Indonesia yang diberikan Pemerintah Arab Saudi, ternyata berdampak kepada pelayanan saat berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada puncak haji.

Tim Pengawas (Timwas) DPR RI memberikan lima catatan penting terkait penyelengaraan haji 2024 di Armuzna). Timwas menyebut ada beberapa masalah lain yang menjadi catatan penting untuk perbaikan ke depan. Diantaranya, tenda yang melebihi kapasitas dan pergerakan jamaah haji dari lokasi hotel ke Armuzna.

"Setidaknya, saya menemukan beberapa catatan penting dalam peninjauan fasilitas di Arafah, Muzdalifah dan Mina," kata anggota Timwas, Ace Hasan Syadizky, di Makkah, Jumat (14/6/2024).

Namun secara garis besar, penyelenggaran haji 2024 dinilai sukses oleh banyak pihak. Pasalnya, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah membuat berbagai macam terobosan dan kebijakan untuk mengantisipasi berbagai macam masalah seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Banyak perbaikan yang dilakukan pada operasional haji tahun ini. Ada beberapa terobosan. Tahun lalu isunya Muzdalifah. Tahun ini ada kebijakan murur saya kira bagus. Saya paling risau kasus Muzdalifah, jangan sampai terulang. Alhamdulillah ada jalan keluar,” ujar, Menko PMK Muhadjir Effendy di Jeddah beberapa waktu lalu.

Hal senada juga diutarakan Ketua Komnas Haji dan Umrah Mustolih Siradj yang menyebut, pelayanan haji 2024 lebih baik. Namun dia juga memberikan sedikit catatan untuk penyelenggaran haji tahun ini.

“Layanan haji secara umum sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya dengan berbagai inovasi seperti fast track yakni pemeriksaan sekali saja di titik yang sudah ditentukan,”ujar Mustolih saat berbincang dengan Okezone, Jumat (12/7/2024) malam.

Dia menambahkan, aspek layanan kesehatan jamaah sudah lebih baik. Namun dia menyoroti tenda di Arafah yang masih dalam tahap perbaikan dan perluasan.

“Untuk di Muzdalifah, jangan sampai terjadi tragedi seperti tahun sebelumnya. Ada strategi tertentu yang diterapkan untuk tidak menginap, melainkan hanya sekadar lewat untuk keselamatan jamaah,” ucapnya.

Sementara terkait adanya penambahan kuota akan berdampak pada pelayanan di Armuzna, Mustolih mengatakan hal itu tergantung pendekatan Kementerian dengan Pemerintah Arab Saudi.

“Saya tidak tahu apakah ada penambahan kuota untuk tahun depan atau tidak, semua tergantung pendekatan dan lobi kepada Pemerintah Arab Saudi,” ujarnya.

Dia juga berharap, penyelenggaran haji tahun depan, tidak hanya mendapatkan kuota pokok, minimal Pemerintah Arab Saudi memberikan tambahan kuota sebanyak 30 sampai 40 ribu jamaah. Karena penambahan kuota ini ini akan membantu mengurai antrean jamaah yang panjang.

“Ini menjadi tantangan bagi pemerintah yang akan datang untuk meyakinkan pemerintah Arab Saudi agar menambah jumlah kuota haji,” tandasnya.

(Fahmi Firdaus )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement