Berdasarkan hadits, malam Lailatul Qadar biasanya ditandai dengan cuaca yang tidak terlalu panas maupun dingin, serta langit yang tampak lebih cerah dari biasanya.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa untuk meraih Lailatul Qadar, seseorang harus menghidupkan malam-malam terakhir bulan Ramadan, khususnya pada 10 malam terakhir. Rasulullah SAW sendiri meningkatkan ibadahnya pada malam-malam ini, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (No. 2024) dari Sayyidah Aisyah RA:
في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله
Artinya: “Bahwa Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya. “
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meraih malam Lailatul Qadar:
Karena Lailatul Qadar tidak ditentukan secara pasti pada malam ganjil atau genap, Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya menghidupkan setiap malam dalam 10 hari terakhir Ramadan dengan ibadah, baik sholat, membaca Alquran, maupun berdzikir.
Salah satu amalan utama yang dianjurkan adalah shalat malam, baik itu shalat tahajud, witir, maupun shalat lainnya. Selain itu, doa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي 1.
Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī (‘annā jika dibaca berjamaah)
Artinya, “Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami).”