Arifatul juga meminta fasilitas yang ramah perempuan. Contohnya penambahan jumlah toilet untuk perempuan. Ide ini muncul karena perempuan biasanya menghabiskan waktu lebih lama ketimbang laki-laki saat di dalam toilet.
“Durasi penggunaan toilet bagi perempuan lebih lama. Maka, sebaiknya jumlah fasilitas toilet untuk perempuan diperbanyak dibandingkan laki-laki. Ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan layanan,” papar perempuan 55 tahun ini.
Arifatul juga menyarankan agar mencari petugas yang bisa berbahasa daerah. Sebab, ada banyak jamaah haji Indonesia yang tak bisa berbahasa Indonesia, melainkan hanya menguasai bahasa daerah.
“Banyak jamaah kita berasal dari masyarakat akar rumput, yang mungkin belum pernah keluar kampung atau naik pesawat. Kehadiran petugas dari daerah yang sama, yang paham bahasa dan budaya lokal, akan sangat membantu secara psikologis,” tutup perempuan kelahiran Bangkalan, Jawa Timur ini.
(Ramdani Bur)