Nama jamaah haji khusus untuk pertama kalinya diumumkan ke publik. Daftar nama-nama ini diumumkan pada 23 Januari 2025 dan diwajibkan melunasi biaya haji tahun 1446 H/2025.
“Pendekatan ini sama dengan yang dilakukan jamaah haji reguler. Mereka yang berhak melunasi diumumkan secara terbuka,” kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief, Sabtu (5/7/2025).
Pengumuman secara terbuka dilakukan atas rekomendasi Panitia Khusus (Pansus) DPR RI yang menyoroti minimnya pengawasan publik terhadap distribusi kuota haji khusus. Sebelum pola pengumuman seperti ini, jamaah dipanggil melalui Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
“Sehingga, semua jamaah bisa mengakses daftar nama yang berhak melunasi biaya haji tahun ini. Ini komitmen kami terhadap keterbukaan informasi,” jelas Hilman.
“Sebagai bentuk transparansi, di akhir masa pelunasan, kami juga merilis nama-nama jamaah yang sudah melunasi. Ini adalah bagian dari akuntabilitas kami kepada publik,” lanjut Dirjen berusia 49 tahun ini.
Pemerintah dan DPR menyepakati Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1446 H/2025 M dengan rata-rata sebesar Rp89.410.258,79 dengan asumsi kurs 1 USD sebesar Rp16.000 dan 1 SAR sebesar Rp4.266,67. Rerata BPIH tahun ini turun sebesar Rp4.000.027,21 dibanding rerata BPIH 2024 yang mencapai Rp93.410.286,00.
Penggunaan Nilai Manfaat yang dialokasikan dari hasil optimalisasi setoran awal jemaah juga turun. Rata-rata penggunaan nilai manfaat per jemaah pada 2024 sebesar Rp37.364.114,40. Tahun ini, penggunaan nilai manfaat turun rata-rata per jemaah sebesar Rp33.978.508,01.
Meski begitu, kualitas layanan haji tidak mengalami penurunan. Jamaah haji tetap mendapatkan tiga kali makan per hari selama di Makkah, termasuk layanan makanan siap saji (ready to eat atau RTE) serta menu bercita rasa nusantara yang disesuaikan dengan selera jamaah Indonesia.
"Tahun ini, jamaah haji Indonesia mendapatkan total 127 kali layanan makan. Ini terdiri atas 84 kali makan di Makkah, 27 kali di Madinah, dan 15 kali makan serta satu kali snack berat selama masa puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina,” ungkap Hilman.
"Efisiensi dilakukan tanpa mengorbankan kenyamanan. Beberapa layanan bahkan mengalami peningkatan,” tutup Hilman.
(Ramdani Bur)