Alquran juga menegaskan hubungan erat antara perbuatan manusia dan kerusakan alam. Allah berfirman:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Q.S. ar-Rūm (30): 41].
Musibah ekologis seperti banjir, longsor, dan kekeringan sering kali berakar pada tindakan manusia, yaitu deforestasi, eksploitasi sumber daya, dan ketidakadilan sosial. Karena itu, menghadapi musibah berarti juga memperbaiki sistem sosial dan ekologis agar seimbang kembali.
Musibah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kesadaran baru. Ia adalah tadzkirah—peringatan lembut dari Allah agar manusia kembali kepada fitrahnya. Ia bisa menjadi azab bagi yang lalai, tapi juga rahmat bagi yang mau belajar.
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)