JAKARTA - Doa terhindar dari penyakit ain penting untuk diketahui kaum muslim. Begitu pula dengan cara untuk mencegahnya.
Penyakit ain umumnya terjadi lantaran pujian berlebih atau adanya pandangan jahat. Orang yang dipandang ini bisa menjadi sakit, mendapatkan musibah, hingga meninggal.
Meski begitu, ada sebagian orang yang tidak percaya akan hal ini. Namun, Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan kebenaran penyakit ain.
"Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ain itu yang bisa." (HR Muslim).
Rasulullah SAW mengajarkan untuk membaca doa ini demi melindungi anak-anak dari semua pengaruh penyakit ain tersebut. Berikut bacaan doanya:
أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ
Latin: A'udzuka bikalimatillahit tammati min kulli syaithanin, wa hammatin, wa min kulii 'ainin lammah. Allahumma barik fihi, wa la tadhurrah.
Artinya: "Aku menyerahkan perlindunganmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang melata/serangga, dan segala pengaruh mata jahat. Tuhanku, turunkan keberkahan-Mu pada anak ini. Jangan izinkan sesuatu membuatnya celaka." (HR Bukhari nomor 3371)
Melansir laman NU, Selasa (4/11/2025), saat zaman Rasulullah, yaitu ketika sahabat Amir bin Rabiah mandi bersama Sahabat Sahl bin Hanif. Amir bin Rabiah terkagum-kagum saat melihat badan Sahl bin Hanif yang putih dan bersih, seketika itu Sahl bin Hanif pingsan, para sahabat yang lain akhirnya memanggil Rasulullah SAW. Setelah meruqyah Sahl bin Hanif, beliau bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Artinya : “Ketika salah satu di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya atau saat melihat saudaranya, maka doakanlah dia dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata” (HR Nasa’i dan Hakim).
Maka tidak heran jika Rasulullah menjadikan ‘ain ini sebagai bagian dari sesuatu yang dianggap berbahaya dan patut untuk diwaspadai.
Lantas apakah semua pandangan seseorang yang disertai rasa kagum atau dengki dapat membahayakan orang lain? Tentu tidak. Pandangan berkekuatan ‘ain tidak secara pasti wujud pada setiap orang yang memandang orang lain dengan rasa kagum atau rasa dengki, sebab ‘ain sejatinya hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dengan adanya kriteria-kriteria tertentu.
Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai kisah-kisah yang terjadi berkaitan dengan penyakit ‘ain. Misalnya seperti yang diceritakan Imam Asmu’i dalam kitab Tafsir al-Qurtubi berikut:
قال الأصمعي: رأيت رجلا عيونا سمع بقرة تحلب فأعجبه شخبها فقال: أيتهن هذه ؟ فقالوا: الفلانية لبقرة أخرى يورون عنها، فهلكتا جميعا، المورى بها والمورى عنها قال الأصمعي:وسمعته يقول: إذا رأيت الشئ يعجبني وجدت حرارة تخرج من عيني
Artinya : “Imam Asmu’i berkata, ‘Aku pernah melihat orang yang memiliki kemampuan ‘ain mendengar bahwa ada seekor sapi yang diperah susunya. Lantas ia kagum pada air susu yang keluar dari sapi tersebut. Lalu ia berkata, ‘Adakah sapi-sapi lain yang seperti ini?’ Orang di sekitarnya menjawab, ‘Si fulan menyembunyikan sapi lain (yang air susunya seperti sapi awal) yang disembunyikan dari sapi awal’. lalu tak lama kemudian dua sapi yang dimaksud tersebut mati, baik yang disembunyikan ataupun yang tidak disembunyikan”
“Imam Asmu’i berkata, ‘Aku mendengar orang tersebut berkata, ‘Saat aku melihat sesuatu yang mengagumkanku maka aku merasakan rasa panas yang keluar dari mataku’,” (Syamsuddin al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz 9, h. 227).
Dari kisah tersebut dapat dipahami salah satu karakteristik orang yang memiliki pandangan berkekuatan ‘ain di antaranya merasakan rasa panas tatkala melihat hal-hal yang mengagumkan dalam pandangan matanya.
Bukti lain atas tidak berlakunya pandangan ‘ain pada setiap orang salah satunya ditentukan dari berbagai rumusan ulama yang menyatakan agar orang yang memiliki kekuatan pandangan ‘ain agar menjauh dari masyarakat, bahkan ada yang berpandangan agar ia diasingkan atau minimal selalu diam di rumahnya, agar pandangannya tidak berbahaya bagi orang lain. Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)