JAKARTA - Musibah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, tak hanya manusia, tetapi semua mahkluk. Setiap orang pasti akan mengalaminya, baik dalam bentuk peristiwa yang menyenangkan maupun yang menyulitkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah musibah kerap dipahami sebagai sesuatu yang buruk atau menyedihkan. Padahal, dalam Al-Qur’an istilah musibah memiliki makna yang lebih luas, tak selalu idnetik dengan penderitaan, tetapi mencakup segala peristiwa yang menimpa manusia, baik berupa nikmat maupun cobaan.
Salah satu ayat yang menjelaskan keluasan makna musibah tersebut adalah firman Allah dalam QS. An-Nisa’ ayat 79:
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ
Artinya: “Kebaikan (nikmat) apa pun yang kamu peroleh (berasal) dari Allah, sedangkan keburukan (bencana) apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh (kesalahan) dirimu sendiri.”
Berikut penjelasan mengenai makna dan ragam musibah dalam Al-Qur'an sebagaimana dilansir dari laman NU Online.
Kategori musibah yang pertama berlaku sebagai ujian dari Allah. Dalam hal ini, bisa saja terjadi melalui jalur sesuatu yang menyenangkan seperti istidraj. Yakni, ketika manusia tetap diberikan kesenangan atau ketercukupan, meskipun dia senantiasa berbuat maksiat. Ini dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bersumber dari 'Uqbah bin 'Amir:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
Artinya: Dari Nabi SAW, ia bersabda: “Apabila engkau menyaksikan Allah memberi seorang hamba (kenikmatan) dunia di atas kemaksiatan yang disenanginya, maka sesungguhnya hamba tersebut berada (dalam ujian) yang disebut istidraj.”