KEUTAMAAN Surat Al Muddassir terutama ayat 1-7 penting diketahui kaum Muslimin apalagi disaat masa pandemi Covid-19. Dalam ayat 1-7 ini merupakan jawaban sekaligus motivasi dari Allah Ta'ala kepada Nabi Muhammad SAW agar bisa berbuat dan bertindak yang lebih baik lagi.
Dalam makna yang lebih luas, awal surat ini mengandung pesan motivatif buat umat Nabi dalam menjalani kehidupan.
Ihsan Faisal selaku Kepala Seksi Penyiapan Akomodasi Dityanhaj Luar Negeri, Kementerian Agama dalam sebuah tulisannya menjelaskan motivasi menjalani hidup sebagai berikut:
Pertama, qum fa andzir (bangunlah, lalu berilah peringatan!) Sikap bangun mengandung arti seseorang bisa berdiri dari posisi sebelumnya yang sedang duduk, bisa membuka mata dari keadaan sebelumnya yang tengah lelap tidur, atau dia sadar kembali setelah sebelumnya tidak sadarkan diri dan tidak bisa mengingat apa-apa. Perintah supaya bangun dengan kata lain memberikan maksud penting bahwa segala sesuatu yang hendak dilakukan harus dalam kondisi siap, dalam kondisi sadar dan penuh perhatian.
Baca Juga: Seorang Muslim Jangan Sia-siakan Waktu, Bisa Jadi Ajalnya Sudah Dekat
Orang yang bisa bangun itu artinya seseorang yang bisa meninggalkan dan mengubah kondisi dirinya dari aneka keterpurukan, kelemahan, kegamangan, dan kondisi tidak sadarkan diri. Aktifitas seseorang akan sangat terbatas ketika ia bekerja dalam kondisi duduk, tiduran, berbaring, bahkan tak sadarkan diri. Orang yang sedang tidur lalu ia ngomong, berjalan, dan sebagainya tidak akan disebut orang bekerja, tapi ia dianggap sedang mengingau, sedang mimpi dan sebagainya.
Setelah posisi kita siap siaga, berdiri penuh dengan kesadaran utuh, maka kewajiban berikutnya adalah memberikan peringatan kepada siapapun juga. Memberi peringatan bisa dilakukan kepada diri sendiri, keluarga, saudara, tetangga, karib kerabat, lingkungan yang lebih luas lagi, bahkan mungkin dunia pada umumnya.
Pemberian peringatan pada sesama merupakan sikap alami yang dimiliki manusia. Hal tersebut patut dijalankan karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang sering lupa dan salah.
Baca Juga: Begini Akibat Jika Bersandar Harapan dan Mencari Ridha kepada Manusia
Kedua, warabbaka fakabbir (agungkanlah nama Tuhanmu). Mengagungkan nama Tuhan adalah bentuk dari sebuah keyakinan atau kepercayaan seorang manusia terhadap Tuhannya. Hal tersebut sekaligus mengindikasikan bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang kecil, lemah, dan tidak memiliki apapun juga. Tidak ada yang berhak diagungkan tentunya selain Dia. Keagungan-Nya pasti tidak ada yang bisa menandinginya. Keagungan-Nya pula yang menandakan masing-masing manusia memiliki potensi yang sama.
Mengawali segala tindakan dan perbuatan sehari-hari dengan mengucapkan nama Allah adalah bentuk nyata dari pengagungan-Nya. Tindakan itu cermin dari ta’dhim atas nama-Nya, ta’dhim atas kuasa-Nya, ta’dhim atas segala-Nya.
Ketiga, watsiyaabaka fathahhir (bersihkanlah pakaianmu). Pakaian ibarat simbol materi yang dikenakan dan dipakai seseorang. Memakainya secara terus menerus pasti akan merasakan kondisi kotor, lusuh, usang dan sebagainya. Membersihkan pakaian dalam arti perhatian kita terhadap kondisi fisik/materi pun perlu dilakukan.
Apa yang kita pakai, apa yang kita gunakan, apa yang kita manfaatkan semestinya harus mendapatkan perawatan (maintenance) yang baik. Karena sejatinya pula Tuhan sangat mencintai orang-orang yang bertaubat (bersih jiwa) dan orang-orang yang bersuci (bersih fisik).