Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Haru Satu Keluarga Dapat Hidayah Islam Setelah Anaknya Meninggal

Melati Septyana Pratiwi , Jurnalis-Selasa, 09 November 2021 |02:12 WIB
Kisah Haru Satu Keluarga Dapat Hidayah Islam Setelah Anaknya Meninggal
Ilustrasi kisah haru satu keluarga jadi mualaf setelah anaknya meninggal. (Foto: Freepik)
A
A
A

KISAH haru keluarga mendapat hidayah Islam ini bermula dari seorang wanita Katolik bernama Agnes yang memiliki kekasih beragama Islam yaitu Martono. Martono sempat melamar Agnes, namun gadis itu menolak karena tidak ingin berpaling dari agamanya hanya demi manusia.

Keteguhan Agnes pun menggoyangkan iman Martono. Demi menikahi Agnes, Martono pun berpindah agama menjadi Katolik dan mereka melangsungkan janji suci di Gereja Ignatius, Magelang, pada 17 Oktober 1982.

Baca juga: Kisah Mualaf Jenderal Andika Perkasa, Mantap Memeluk Islam ketika Momen Ini 

Pasangan tersebut pindah ke Bandung dan dikaruniai tiga anak bernama Adi, Icha, dan Rio. Kehidupan mereka pun serba-berkecukupan hingga bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk pemeliharaan gereja. Tidak hanya itu, Agnes dan Martono juga membangun gereja di kawasan dekat tempat tinggal.

Kehidupan berlangsung normal, sampai pada suatu saat salah satu anak mereka, Rio, jatuh sakit. Rio mengalami sakit panas yang tidak kunjung reda. Agnes dan Martono memtuskan memindahkan Rio ke ICU. Dari sini mulai muncul gelagat aneh dari Rio.

Kisah haru satu keluarga jadi mualaf usai anaknya meninggal. (Foto: YouTube Cerita Nyata Reborn)

"Udahlah, Pah. Papah saja. Pah, hidup ini hanya berjarak 1 senti, sementara di sana enggak ada batasnya," ujar Rio, dikutip dari kanal YouTube Cerita Nyata Reborn, Selasa (9/11/2021).

Martono merasa heran mengapa Rio bisa berkata layaknya orang dewasa yang sedang menasihati. Hingga sore hari Rio masih berada di ICU dan mengatakan bahwa ia ingin pulang. Namun, Martono mnegira pulang yang dimaksud adalah pulang ke rumah. Namun ternyata bukan itu yang dimaksud Rio.

"Enggak, Pah. Rio mau pulang ke surga. Rio tunggu Papah dan Mamah di Surga," katanya.

Baca juga: Jadi Mualaf, Crazy Rich Ekspedisi Ini Bangun 99 Masjid 

Martono terkejut dan ia merasa ada suara yang menyuruhnya membimbing sang anak mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya Martono melakukan hal tersebut sambil menangis.

Martono juga mendapat seperti bisikan bahwa anaknya segera berpulang setelah azan Magrib dikumandangkan. Benar saja, Rio meninggal pada 27 Juli 1999 setelah azan Sholat Magrib.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement