KISAH mualaf yang sangat tangguh datang dari seorang pria bernama Nico Wijaya. Dalam perjalanannya untuk menemukan Islam sebagai identitas, pria berusia 35 tahun ini melalui banyak sekali cobaan berat. Mulai disiksa teman sendiri hingga diusir dan tak diakui anak oleh kedua orangtuanya.
Nico selain bekerja pada proyek-proyek di luar kota, ia juga seorang ahli kitab di agamanya dulu. Dirinya mengaku mengalami keraguan selama perjalanannya memahami kitab agamanya dulu itu.
BACA JUGA:Awalnya Menilai Islam Jahat, Wanita Cantik Ini Mantap Jadi Mualaf Setelah Tahu AjarannyaÂ
Salah satu hal yang membuatnya ragu adalah tentang konsep ketuhanan yang dijelaskan pemuka agamnya. Ini ternyata berbeda dengan yang ada di kitabnya.
"Kebetulan yang namanya ahli kitab kan harus paham dulu. Dari situlah saya kemudian mulai menemukan kejanggalan yang ada di kitab," ujar Nico dalam tayangan di kanal YouTube Ngaji Cerdas.
Atas keraguan yang didapat, ia menanyakan hal tersebut kepada sang pemuka agama. Bukannya mendapatkan kejelasan, Nico justru diminta untuk tidak banyak bertanya.
"Kata pemuka agama begini, 'Kalau kamu beriman, enggak usah banyak tanya. Kalau kamu banyak tanya, itu artinya kamu belum beriman.' Begitu penjelasan sang pemuka agama," cerita Nico.Â
Akhirnya ia menggali sendiri lebih dalam tentang kitabnya dulu. Selama proses tersebut, Nico mengaku menemukan ayat-ayat yang dirasa janggal, dan justru menemukan yang bagus di Islam.
Dirinya memberikan contoh tentang salah satu kejanggalan tersebut. Seperti sebuah surat di kitabnya dulu yang membahas tentang khitan. Namun dalam praktiknya tidak banyak yang melakukan hal tersebut. Umumnya mereka sunat atas anjuran dokter dan bukan anjuran agama.
Hal itu yang membuatnya lebih tertarik belajar Islam. Ada 13 hal yang tidak dilakukan oleh orang-orang di agamanya, tetapi justru dilakukan di dalam Islam.
BACA JUGA:Kisah Mualaf Dewi, Dapat Hidayah Islam Usai Bangun dari KomaÂ
Berawal Surat Al Ikhlas
Dalam perjalanannya untuk menemukan Islam, Nico sering bertanya-tanya tentang agama Islam kepada para rekan kerjanya. Dari situlah seorang teman memperkenalkannya dengan seorang tokoh Islam asal Madura yang tinggal di Singkawang.
"Satu-satunya yang bikin saya tambah yakin tentang Islam adalah Surat Al Ikhlas," ungkapnya.
Nico mengenang dirinya ketika masih ada di bangku sekolah menengah atas (SMA). Ia mendengar seseorang yang berceramah tentang surat tersebut, salah satu kandungan ayatnya memiliki arti bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak beranak maupun diperanakan.
Hal itu yang kemudian membuat Nico membandingkan lagi dengan salah satu surat yang ada di kitab agamanya dulu. Dia pun makin besar keingintahuannya terhadap ajaran Islam.Â
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Cobaan Berat dari Teman dan Keluarga
Anehnya, ada seorang temannya yang tiba-tiba meneleponnya dan meminta untuk bertemu dengan alasan sudah lama tidak pernah berjumpa. Nico Wijaya pun mengiyakan ajakan tersebut.
Di akhir perjumpaan, ia ditanya untuk ikut bersama kedua temannya yang beralasan ingin bertemu dengan salah seorang teman lainnya yang pernah satu rumah ibadah dengan mereka.
Anehnya bukan dibawa ke perumahan, Nico justru dibawa ke tengah-tengah hutan dan disandera. Dirinya diinterogasi dengan berbagai pertanyaan, bahkan kedua tangan dan kakinya diikat dan dirinya disiksa secara fisik, dengan ancaman apakah masih ingin bertahan dengan agama terdahulunya atau tetap Islam.
Nico pun bersikeras memilih Islam. Jawaban tersebut sontak membuat salah satu temannya itu makin emosi dan diambillah kapak. Ketika hendak mengenai kepalanya, tiba-tiba salah seorang temannya itu menahan tangan sang pemegang kapak dan memberitahukannya agar tidak perlu melakukan hal-hal semacam itu.
Menurutnya jika Nico meninggal, permasalahan akan makin rumit dan panjang. Masih dengan pilihan yang sama, dan Nico masih memilih tekad bulatnya untuk masuk Islam. Di ambilah sebuah asbak kaca oleh seorang temannya itu yang kemudian dibenturkan ke kepala Nico.
Pada 2015, Nico memantapkan hati memberi tahu kedua orangtuanya bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim. Ketika mendengar keinginan anaknya tersebut, orangtua yang mantan ahli kitab memberikan jawaban tidak terduga dan mempersilakan memilih agama yang diinginkan.
Alih-alih mendapatkan restu, ternyata ada syarat di balik persetujuan yang diberikan kedua orangtuanya. Ia boleh masuk Islam dengan syarat keluar dari rumah, tidak boleh membawa pakaian sehelai pun, diminta memberikan kartu ATM-nya, bahkan kedua orangtuanya mengancam tidak akan mengakuinya sebagai anak.Â
Tidak sampai di situ, bahkan Nico dipecat dari kantor tempat bekerja dengan alasan yang tidak jelas. Selama sebulan ia mengaku menjadi seorang tunawisma, namun tidak disangka-sangka bertemu dengan seorang petugas keamanan yang membantunya bisa pergi ke Bandung untuk menemui teman semasa di bangku sekolah dasar yang berkuliah di Universitas Pasundan bernama Anto.
Tujuannya ke Bandung adalah untuk disyahadatkan, karena tekadnya ingin masuk Islam. Sungguh perjuangan yang luar biasa berat.
Setibanya di Bandung, Nico tidak langsung dipertemukan dengan Anto. Bahkan dirinya tidak memiliki tempat tinggal, dan memutuskan untuk tinggal di warnet di sekitar kawasan kampus dengan uang pas-pasan yang diberi oleh petugas keamanan yang ditemuinya di Jakarta.
Dirinya sangat kebingungan dan terus berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Doanya pun diijabah dengan dipertemukannya Nico dengan seorang teman yang berkuliah di Institut Teknologi Bandung.
Di jelaskanlah tujuannya datang ke Bandung, mendengar penjelasan Nico, akhirnya ia pun diajak datang ke ITB dan disyahadatkan pada 17 Maret 2015.
Di akhir video, Nico Wijaya berpesan kepada semua teman yang telah terlahir Muslim untuk menjaga agamanya lebih baik, seperti belajar mengaji secara sungguh-sungguh dan tekun beribadah.
Pasalnya, seorang Muslim sudah dimudahkan dengan lingkungan serta orangtuanya yang sama-sama Islam, dan sudah pasti akan mendukung apa yang dikerjakan sang anak tersebut.
Wallahu a'lam bisshawab.Â
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.