3. Momen Menunggu Wukuf
Ketika berada di Makkah setelah umrah haji, biasanya jamaah mengisi waktu dengan umrah sunnah berkali-kali. Buat jamaah yang kondisi sehat tidak apa apa. Tapi untuk jamaah yang kurang sehat atau lansia bisa membuat jamaah kelelahan bahkan sakit. Imbasnya jamaah yang sakit terancam tidak wukuf karena alasan kesehatan.
Sebagai antisipasi Arsyad meminta petugas untuk memberi pengertian pada jamaah agar tidak memaksakan diri terutama yang memiliki keterbatasan. Jangan ngejar sunnah tapi justru ketinggalan atau kehilangan wajib haji.
4. Jelang Keberangkatan dan saat di Masyair
Arsyad menyebut ini titik paling krusial karena di momen ini angka jamaah meninggal sangat tinggi. Penyebabnya prosesi ibadah di Arafah, Mina, dan Muzdalifa (Masyair) menguras fisik jamaah. Suhu panas, tenda sempit, jalan kaki dan aktivitas yang membutuhkan fisik tapi mereka tidak banyak istirahat.
Sehingga jamaah terancam kelelahan. Jika tidak dijaga kondisi fisik menurun sehingga angka kematian meningkat. Itu kenapa sebelum prosesi masyair jamaah menyiapkan fisik dengan istirahat cukup.
5. Saat Pelaksaan Tawaf Ifadoh
Dipastikan suasana kakbah penuh dan sesak jika melakukan tawaf di 10 dzulhidjah. Sehingga sangat berisiko untuk keselamatan jamaah. Sudah kondisi fisik terkuras, harus melakukan perjalanan ke makkah untuk tawaf ifadoh.
Khusus jamaah Indonesia, setelah menyelesaikan jumroh pada tanggal 13 dzulhidjah, jamaah pulang pulang dulu ke hotel untuk istirahat sebelum tawaf ifadoh. "Harus juga diingat bahwa ini bukan tugas Kemenkes atau konsultan ibadah, tapi tugas semua petugas. Agar jamaah bisa melakukan ibadah dengan aman, lancar dan pulang ke Tanah Air deng membawa haji mabrur," pungkas Arsyad.
(Arief Setyadi )