Salah satu bentuk kepedulian adalah membuatkan makanan bagi keluarga almarhum, bukan sebaliknya. Rasulullah SAW bersabda setelah wafatnya Ja‘far bin Abi Thalib:
«إِنَّ آلَ جَعْفَرٍ قَدْ شُغِلُوا بِشَأْنِ مَيِّتِهِمْ فَاصْنَعُوا لَهُمْ طَعَامًا»
Artinya : “Sesungguhnya keluarga Ja‘far sedang sibuk dengan urusan musibah mereka, maka buatkanlah makanan untuk mereka.” (Sunan Ibn Majah no. 1611).
Takziyah paling utama adalah menghadiri sholat jenazah dan mengantarkan hingga ke liang kubur. Rasulullah SAW bersabda:
«مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ». قِيلَ: وَمَا الْقِيرَاطَانِ؟ قَالَ: «مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ»
Artinya : “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga ikut menyalatkannya, maka baginya pahala satu qirath. Dan barangsiapa menghadirinya hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath.” Ditanyakan, “Apakah dua qirath itu?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung besar.” (HR. al-Bukhari no. 1240, Muslim no. 1570).
(Erha Aprili Ramadhoni)